TEMPO.CO, Surabaya – Erri Indra Kautsar, 19, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, menghilang dari rumahnya sejak 17 Agustus 2015. Mahasiswa semester V itu pamit mengerjakan tugas namun tak pernah pulang ke rumah. Diduga, Erri bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Ayah Erri, Suharijono, 59, mencari keberadaan putra keduanya tersebut melalui sinyal telepon seluler. Suharijono berujar, jejak anaknya sempat terlacak di beberapa kota. Ditemukannya dokter Rica di Yogyakarta, menumbuhkan asa baru bagi Suharijono.
"Saya berharap, polisi atau pemerintah kota bisa segera menemukannya," tuturnya kepada Tempo di rumahnya, Selasa 12 Januari 2016. Berikut adalah kota-kota tempat sinyal ponsel Erri sempat terlacak:
1. Pontianak
Suharijono menangkap sinyal ponsel anaknya di Pontianak. “Begitu dengar info anak saya di Pontianak, sore itu saya beli tiket pesawat ke Balikpapan,” ujarnya.
Setiba di sana, Suharijono bergegas menemui Kepolisian Sektor Sungai Raya. Berbekal petunjuk dari kawan-kawannya yang mampu menelusuri sinyal ponsel, ia dan polisi mencari hingga pukul 00.30 WITA. “Saya ubek-ubek sampai 4 hari di sana,” tuturnya. Sayang, upaya tersebut hampir tak membuahkan hasil.
2. Balikpapan
Suharijono menemukan sinyal ponsel anaknya. Posisi Erri kala itu sudah di Bandara Supandio, Balikpapan. “Tapi anak saya sudah berangkat. Saya cek di manifes tidak ada namanya, meskipun rekam jejak terakhir menunjukkan itu,” tutur Suharijono.
Suharijono tak patah arang. Sepulang di Surabaya, ia meminta bantuan lagi ke kawannya yang lain. Kali ini ialah seorang temannya yang ahli IT dan juga intel. Selama 14 hari di awal November 2015, temannya tersebut menyusuri sekitar Kalimantan Barat.
3. Beting
Suatu hari, teman Suharijono melaporkan sinyal ponsel Erri terlacak berada di daerah Beting, Pontianak. “Tapi ternyata di sana itu sarang narkoba dan banyak preman di sana. Teman saya kesulitan masuk,” ujarnya.
4. Kuala Lumpur
Terakhir, sinyal ponsel Erri terlacak berada di sekitar Kuala Lumpur,
Malaysia. “Dikejar sana, tapi saat itu kondisi politik tidak kondusif. Jadi tidak sempat mengejar,” ujar Suharijono.
Selain kepada polisi, Suharijono juga meminta bantuan Pemerintah Kota Surabaya. Bakesbangpolinmas Kota Surabaya sempat membantu mediasi via sambungan telepon dengan mengontak pengurus Gafatar Jawa Timur. Erri berujar bahwa baik-baik saja. Ia bahkan berjanji akan pulang ke rumah pada 25 Desember lalu. "Tapi saya tunggu belum datang juga," tutur Suharijono.
ARTIKA RACHMI FARMITA