TEMPO.CO, Jakarta - Keilmuan Benedict Richard O'Gorman Anderson atau Ben Anderson tentang Indonesia sering jadi rujukan para peneliti lain yang ingin membuat kajian tentang Indonesia. Buku-buku yang ditulis profesor dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, itu ikut mewarnai pemikiran dunia tentang Indonesia.
Ben Anderson, yang wafat di Batu, Jawa Timur, Minggu dinihari, 13 Desember 2015, juga dikenal karena kritik-kritiknya terhadap Orde Baru. Ia pernah dilarang masuk ke Indonesia oleh Soeharto dan baru datang lagi ke sini setelah rezim Soeharto jatuh.
Karyanya yang mengusik Orde Baru adalah "The Cornell Paper" yang ditulis bersama Ruth McVey yang juga sama-sama dari Cornell. Tulisan yang diterbitkan pada 1 Januari 1966 itu berisi analisis tentang peristiwa G30S. Ia menyimpulkan G30S adalah persoalan internal angkatan darat dan Partai Komunis Indonesia tidak terlibat langsung.
Seumur hidupnya, Ben Anderson telah menulis lebih dari 400 publikasi yang telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa. Bukunya juga banyak membahas mengenai perkembangan politik di Indonesia. Sebut saja Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese Occupation: 1944-1945; Mythology and the Tolerance of the Javanese; dan Violence and the State in Suharto's Indonesia.
Anderson merupakan seorang yang jeli dalam mengikuti perkembangan pemerintahan di Indonesia. Dalam buku Revolusi Pemuda 1944-1966, ia menyinggung management of conflict ala Presiden Sukarno. Sukarno, menurut dia, muncul sebagai tokoh yang makin kuat kedudukannya secara politis. Hal ini karena Sukarno mampu mengelola kepentingan-kepentingan yang berbenturan.
Pemikiran Anderson pun jadi rujukan dalam karya-karya tentang kebangkitan nasionalisme di negara-negara berkembang. Dalam buku Imagined Communities, Anderson mengatakan bahwa bangsa adalah suatu komunitas yang terbayangkan. Teori ini kerap dipakai para sarjana setelahnya.
Benedict Anderson meninggal pada Minggu dinihari, 13 Desember 2015. Ben, 79 tahun, datang ke Indonesia untuk mengisi kuliah umum bertema anarkisme dan nasionalisme di kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 10 Desember 2015. Kegiatan ini diselenggarakan penerbit Marjin Kiri, Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan majalah Loka.
PDAT | MAWARDAH NUR HANIFIYANI