TEMPO.CO, Pontianak - Suparman, nasabah BNI yang mendapat transfer nyasar sebanyak Rp 5 miliar, mengaku tidak memiliki pengetahuan tentang perbankan. Karena itu dia tidak percaya ketika mendapat pesan singkat yang memberitahukan ada uang transfer sebesar Rp 5 milir yang masuk rekeningnya. "Saya hanya masyarakat awam, bukan siapa-siapa," kata Suparman, Selasa, 10 November 2015.
Pria yang tinggal di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, tersebut hanya memiliki usaha tempat permainan biliar. Menurut Suparman, dari usahanya itu dia bisa menghidupi keluarganya. "Di sini tidak terlalu banyak tempat hiburan," kata bapak tiga anak itu.
Meski tempat usahanya cukup ramai, tapi dia tidak pernah membayangkan memiliki uang sampai miliaran rupiah. Karena itu dia terheran-heran dengan pemberitahuan lewat pesan singkat itu. "Saya cerita ke istri. Dia juga bingung," ujarnya.
Menurut Suparman, terakhir kali dia mengecek saldo tabungan jumlahnya hanya Rp 218 ribu. Setelah mendapat pesan singkat itu dia iseng-iseng mengecek saldo. Ternyata benar, dalam rekeningnya ada uang masuk sebesar Rp 5 miliar. "Tidak tahu uang dari mana," katanya.
Tanpa pikir panjang Suparman mengambil uang itu dalam beberapa kali penarikan. Total dia sudah mengambil sebesar Rp 2,2 miliar selama dua hari berturut-turut. Namun pada hari berikutnya sisa uang dalam rekening hilang sama sekali.
Manajemen Bank BNI 46 kemudian memberi tahu Suparman jika uang yang masuk ke rekeningnya itu salah kirim. Suparman juga diminta mengembalikan seluruh uang yang sudah ditarik. Namun jumlahnya kurang Rp 5,5 juta karena sudah dibelanjakan. Pihak bank meminta Suparman membuat surat pernyataan untuk mencicil uang yang sudah dibelanjakan itu. “Masalahnya sudah clear, namun belakangan saya takut dipidana gara-gara di rekening saya pernah terkirim uang Rp 5 miliar," katanya.
Menurut Suparman, anaknya tiga orang masih kecil-kecil. Anak yang sulung berusia 10 tahun, tengah duduk di kelas V sekolah dasar. Anak kedua berusia 5 tahun dan yang bungsu baru dua bulan. Dia tidak ingin mereka menderita akibat kesalahan yang tidak pernah dia buat.
Belakangan, Suparman menuduh BNI tidak transparan dalam menjelaskan kasus salah transfer tersebut. "Saya ingin orang yang salah transfer juga membuat pernyataan yang sama seperti saya," katanya. Dia curiga uang yang masuk ke rekeningnya itu adalah hasil kejahatan pencucian uang. "Saya mau diusut, karena itu saya ke polisi," ujarnya.
ASEANTY PAHLEVI