TEMPO.CO, Blitar - Masih sembab karena terlalu lama menangis, Imam Sahroni duduk di bangku kayu teras rumah. Tatapannya kosong saat melabrak pohon nangka yang tumbuh setinggi empat meter di halaman depan. Sebuah karung plastik putih terlihat membungkus buah nangka yang menggantung di dahan rendah.
“Itu buah kesukaan Andri,” kata Imam memecah kesunyian. Buah itu pula yang menjadi santapan terakhir anak bungsunya sebelum ditemukan tak bernyawa dengan leher terikat tali pramuka di kamar rumahnya akhir pekan lalu.
Seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu Imam bangun usai adzan Subuh untuk menyiapkan sarapan pagi anaknya. Aktivitas itu dia kerjakan sejak istrinya, Nuraini, merantau ke Selangor, Malaysia. Ibu dua anak itu bekerja di kedai makanan milik warga Malaysia, sejak Andri berusia tiga tahun.
Baca juga:
Salma, Si Mahasiswi, Ditindih oleh Hantu: Begini Kisahnya
Eksklusif, Heboh Suap Dokter: Ditawari Naik Haji hingga PSK
Sementara, kakak Andri yang kini berusia 18 tahun juga meninggalkan rumah menjadi kuli bangunan di Jakarta. Praktis rumah sederhana beralas semen kasar itu hanya dihuni oleh Imam Sahroni dan anak bungsunya, Mohamad Andri Ariyanto.
Belakangan Imam mengajak Santi, 15 tahun, sepupu Andri untuk tinggal di rumah itu. Selain menemani Andri saat ditinggal Imam bekerja, bocah perempuan itu juga bertugas membantu belajar Andri yang memang cukup tertinggal di sekolah. Keberadaan Santi ini pula yang mempengaruhi peningkatan nilai akademis Andri seperti pengakuan gurunya.
Baca juga:
EKSKLUSIF: Suap Obat, Dokter Terima Mobil Yaris hingga Camry
Eksklusif, Suap Obat: Dirut RSCM Pernah Ditawari PSK
Siang itu, Sabtu 31 Oktober 2015, Andri pulang ke rumah selepas sekolah pukul 12.00 WIB seperti biasa. Masih mengenakan seragam Pramuka, bocah itu langsung menuju dapur untuk makan siang. Saat ditegur ayahnya, Andri mengaku sangat lapar hingga tak sempat ganti baju terlebih dulu.
Setelah makan, Andri bergegas menukar seragam sekolahnya dengan baju rumah. Selanjutnya, dia berlari ke rumah tetangganya untuk meminta tolong menjahit bet seragam. Setelah menyerahkan seragam, dia bergegas kembali ke rumah dan meminta ayahnya memetik buah nangka yang tumbuh di halaman depan. “Dia makan lahap sekali saat saya pecahkan satu buah nangka,” kata Imam.
Selanjutnya: Sambil tersenyum...