TEMPO.CO, Tasikmalaya - Korban meninggal dunia pada tragedi Mina, Asep Ukanda, warga Ciwidey, Bandung, sangat dekat dengan sang adik, Riri, yang berdomisili di Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Asep merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara putra pasangan Yayat dan Noneng.
"Usia kita hanya beda setahun, jadi sangat dekat," kata Riri saat ditemui di rumah orang tua Asep, di Jalan Bojong, Kecamatan Cipedes, Senin, 28 September 2015.
Sejak dua tahun terakhir, kata Riri, kakaknya itu benar-benar menjadi pribadi sangat saleh. Bahkan, anaknya yang pertama yang sekolah di sekolah dasar dipindahkan ke pondok pesantren. "Biar salatnya teratur, tahajud, dan lainnya," kata dia.
Anak keduanya pun, menurut Riri, sudah hapal bacaan doa-doa. "Kata Aa, anak jangan nyanyi yang lain-lain. Sebaiknya menghafal doa," ujar dia.
Seusai Lebaran kemarin, ada satu hal yang selalu diingat Riri. Saat itu Asep bertanya apakah sudah punya kain di rumah? "Saya bilang banyak karena saya jualan kain. Kain apa?" kata Riri.
Rupanya, kata dia, Asep menanyakan kain kafan. Kata Riri, Asep mengatakan sudah menyimpan kain kafan di rumah. "Karena kita tidak tahu kapan akan dipanggil Allah. Mobil, rumah, tidak akan dibawa ke alam kubur. Yang dibawa hanya kain kafan dan amal ibadah," ucap Riri menirukan perkataan Asep.
Komunikasi dengan istri Asep, Debi Merlindayani, terjadi pada 22 September. Waktu itu Debi mengirim pesan pendek dan meminta maaf kalau ada salah.
Riri mengatakan begitu mendapat kabar meninggalnya Asep dan Debi, orang tuanya langsung menuju Ciwidey menemui anak-anak almarhum. Orang tua Asep, Yayat, bertemu dengan cucu-cucunya. "Anak kedua Aa bilang, "Kakek ada Ibu (Debi) di atas. Cantik banget," kata Riri menirukan perkataan keponakannya. "Kami bilang enggak boleh ngomong gitu," ujarnya.
CANDRA NUGRAHA