TEMPO.CO, Jayapura - Sekitar 10 ribu warga Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua, terancam kelaparan akibat lahan pertanian mereka rusak dilanda hujan es sejak 5 Juli 2015. Namun pihak Pemerintah Daerah Provinsi Papua melalui Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe melihat persoalan ini sebagai hal yang biasa.
"Kejadian ini sudah biasa dan hal itu merupakan fenomena alam. Saya dengar Wakil Bupati Kabupaten Puncak sudah di sana. Saya sudah komunikasi dengan bupatinya yang mengatakan akan bertanggung jawab terhadap permasalahan ini, termasuk distribusi bantuan," kata Lukas kepada wartawan saat ditemui di Kantor Gubernur Papua, Dok II Kota Jayapura, Senin, 13 Juli 2015.
Baca Juga:
Pendistribusian bantuan berupa bahan makanan, obat-obatan, dan pakaian layak pakai bagi warga di daerah ini masih terkendala cuaca buruk. Apalagi akses ke daerah ini hanya bisa ditempuh lewat udara atau pesawat berbadan kecil.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Didi Agus Prihatno mengatakan dari data yang didapat pihaknya, warga yang terancam kelaparan dan kedinginan akibat hujan es berhari-hari di Kabupaten Puncak ini melanda tiga kampung, yakni Kampung Agamdugume, Kampung Tuput, dan Kampung Jiwot. Tiga kampung tersebut berada di Distrik Agandugume.
"Laporan yang saya terima ada 6.150 orang yang berada di tiga kampung ini. Tiga kampung itu hanya bisa disinggahi pesawat berbadan kecil," kata Didi kepada wartawan di Kota Jayapura, Senin sore, 13 Juli 2015. Saat ini pihaknya masih menunggu pesawat untuk menggeser bahan makanan dan pakaian ke wilayah itu. "Kami terus berusaha mengirim bahan makanan dan pakaian bagi para warga," katanya.
Menurut Didi, hujan es yang melanda wilayah Distrik Agandugume menyebabkan hasil kebun gagal panen dan ternak warga banyak yang mati. "Siklus hujan es di sejumlah kabupaten yang terletak di pegunungan tengah Papua memang biasa terjadi pada Juni-Juli. Namun jika bencana ini berkepanjangan, tanaman bisa mati dan warga bisa kelaparan. Biasanya umbi-umbian yang ditanam akan beracun dan jika dimakan menyebabkan diare,” ia menjelaskan.
Dari data yang didapat, selama kebun tanaman umbi-umbian warga diguyur hujan es, masyarakat setempat terpaksa mengkonsumsi sayur pakis dan labu. Namun bahan makanan ini terbatas. Saat ini pihak pemerintah daerah setempat terus berupaya mendistribusikan bahan makanan berupa makanan instan dan beras ke daerah ini. Namun hal ini masih terkendala cuaca buruk.
CUNDING LEVI