TEMPO.CO, Pemalang - Abu vulkanis yang terus mengguyur lereng Gunung Slamet berdampak pada menurunnya kualitas tanaman tembakau milik para petani di Dukuh Cikunang Lor, Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
"Meski hujan abunya tipis, kalau turunnya tiap hari, daun tembakau jadi rusak," kata Daryanto, 26 tahun, petani di dukuh yang berjarak sekitar 5,5 kilometer dari puncak gunung tertinggi di Jawa Tengah itu saat ditemui Tempo di rumahnya pada Kamis, 11 September 2014. (Baca juga: Gerimis Abu dan Pasir Hitam Guyur Tegal dan Brebes)
Daryanto mengatakan, daun tembakau yang terkena abu vulkanis akan dinyatakan kotor oleh tengkulak sehingga harganya jatuh. Dalam kondisi normal, harga daun tembakau mencapai Rp 7.000 per kilogram. Kini, daun tembakau hasil panen ayah satu anak itu hanya dihargai Rp 3.000 per kilogram.
Daun tembakau dari Dukuh Cikunang biasanya dijual ke Temanggung dan Parakan, Jawa Tengah. Selain menurunkan kualitas daun tembakau, abu vulkanis juga menyebabkan hasil panen petani merosot. Biasanya, tiap empat bulan setelah tanam, Daryanto bisa memanen sekitar 2,5 kuintal tembakau. "Sekarang hanya panen 2,2 kuintal," ujarnya.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Sudrajat, mengatakan jangkauan lava pijar yang terlontar dari puncak kawah masih sekitar satu kilometer. "Tepatnya di batas vegetasi. Jadi yang terbakar (akibat jatuhan lava pijar) itu hanya semak-semak, belum sampai di wilayah hutan lindung yang pohonnya besar-besar," kata Sudrajat.
DINDA LEO LISTY
Berita lain:
Suryadharma Ali Dilengserkan, Jokowi Terima PPP
Bentoel Pangkas Hampir 1.000 Buruh
Ini Naskah Papirus Tertua bagi Orang Katolik