Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tempat Lahir Bung Karno di Surabaya Memprihatinkan

image-gnews
Patung Mantan Presiden RI Soekarno yang tampak sedang duduk dan memegang buku terpasang di depan pintu masuk Museum Bung Karno di Blitar (6/7).  Museum ini diresmikan pada tahun 2004. TEMPO/Aris Novia Hidayat.
Patung Mantan Presiden RI Soekarno yang tampak sedang duduk dan memegang buku terpasang di depan pintu masuk Museum Bung Karno di Blitar (6/7). Museum ini diresmikan pada tahun 2004. TEMPO/Aris Novia Hidayat.
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Keluarga pemilik rumah yang menjadi tempat tinggal presiden Sukarno mengeluh minimnya perhatian dari pemerintah. Sang pemilik rumah, Jamilah, berharap ada simpati dari pemerintah untuk ikut melestarikan rumah bersejarah di Jalan Pandean IV Nomor 40, Surabaya, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, itu. "Kami minta ada pengertian dan simpati dari pemerintah, juga masyarakat," kata Jamilah kepada Tempo, Senin, 17 Maret 2014.

Sejak pemasangan prasasti sebagai penanda bahwa Sukarno lahir di Surabaya pada Juni 2011 lalu, rumah yang menjadi tempat tinggal sehari-hari keluarga Jamilah di RT 4 RW 13 itu memang banyak dikunjungi berbagai kalangan masyarakat. Namun justru merepotkan keluarga Jamilah. "Banyak yang datang berkunjung, lalu pulang ditinggal begitu saja. Ya, kami yang membersihkan, merawat rumah," ujar Jamilah.

Kakak Jamilah, Samsul Arifin, mengatakan keluarganya tidak keberatan jika rumah yang mereka tempati dijadikan monumen bersejarah. Namun perlu ada pengakuan dan perhatian langsung dari keluarga Bung Karno. Selama ini perhatian itu nyaris tidak ada. Biaya perawatan dan kebersihan rumah ditanggung keluarga Jamilah.

Karena itu, Jamilah maupun Samsul berharap kedatangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang juga putri Bung Karno, bisa memberikan kepastian soal rumah tersebut. "Selama ini enggak pernah ada kunjungan (dari keluarga Bung Karno). Ya, baru kali ini dikunjungi Bu Mega," ucap Samsul.

Selama ini Bung Karno dinyatakan lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Namun, berdasarkan penelusuran sejarah dan buku literatur sebelum 1965, Soekarno lahir di Surabaya, yakni di rumah yang ditempati keluarga Jamilah itu.

Bangunan rumah itu dibiarkan seperti aslinya. Rumah seluas 5 x 14 meter itu sangat sederhana dengan lantai model kuno. Di dinding ruang tamu terdapat foto sang Proklamator. Di atas pintu masuk sebuah spanduk terpasang untuk menegaskan bahwa di rumah itulah Sukarno dilahirkan.

Minimnya perhatian pemerintah juga diakui Ketua RW 13 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Muzaki. Sering kali agenda yang berkaitan dengan tempat bersejarah di lingkungan Peneleh hanya bersifat seremonial. "Hanya seremonial dan selesai waktu. Enggak pernah melibatkan warga sekitar," tutur Muzaki.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Atas dasar itu, warga menginginkan Pandean dijadikan sebagai Kampoeng Bung Karno. Dengan demikian, kampung ini bisa menjadi aset wisata yang memberdayakan masyarakat sekitar. Dukungan dan perhatian dari pemerintah pun sangat diharapkan warga.

Rencana pemerintah untuk menetapkan rumah Pandean sebagai monumen bersejarah hingga kini belum terwujud. "Padahal ini tempat lahirnya Sukarno, hanya ada satu-satunya di dunia," kata Muzaki.

AGITA SUKMA LISTYANTI

Topik terhangat:

Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century

Berita terpopuler lainnya:
Sindir Megawati, Prabowo: Kalau Manusia...
Sindir Jokowi, Prabowo: Jangan Pilih Capres Boneka
Prabowo Sempat Dilarang Berikan Topi ke Kader
Prabowo Curhat Soal Perjanjian Batu Tulis

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

19 September 2023

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Umum Museum dan Cagar Budaya Museum Nasional (kiri) dan Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin (kanan) di halaman depan Museum Nasional pada Senin, 18 September 2023 saat memaparkan kondisi terkini usai kebakaran. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

Artefak yang berhasil teridentifikasi usai kebakaran Museum Nasional sudah dievakuasi ke tempat yang aman.


Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

17 September 2023

Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Polisi Komarudin menemui media di halaman depan Museum Nasional, Minggu, 17 September 2023. Tempo/M. Faiz Zaki
Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

Polisi mengakui kesulitan melakukan identifikasi benda sejarah di Museum Nasional atau Museum Gajah


Kelompok Hindu India Ajukan Petisi Larang Muslim Masuk Masjid Kuna, Ini Sebabnya

19 Mei 2022

Masjid Shahi Eidgah di Marthura, Uttar Pradesh, Indi (muslimmirror.com)
Kelompok Hindu India Ajukan Petisi Larang Muslim Masuk Masjid Kuna, Ini Sebabnya

Kelompok Hindu India mengajukan petisi melarang Muslim memasuki masjid bersejarah di Mathura karena menduga ada peninggalan Hindu di dalamnya


Kota Emas 3.000 Tahun yang Hilang Telah Ditemukan di Mesir

9 Maret 2022

Para staf memugar tiang-tiang besar dari Balai Hipostilium Agung di Kompleks Kuil Karnak di Luxor, Mesir, pada 25 Agustus 2021. Kuil ini merupakan salah satu situs arkeologi Mesir kuno terbesar. (Xinhua/Ahmed Gomaa)
Kota Emas 3.000 Tahun yang Hilang Telah Ditemukan di Mesir

Sebuah tim yang berisikan para arkeolog pada September 2020 memulai pencarian kuil kamar mayat di tepi barat Luxor di Mesir.


7 Situs Warisan Dunia UNESCO yang Ada di Ukraina

2 Maret 2022

Katedral St Sophia di Kota Kyiv, Ukraina. Dok. st-sophia.org.ua
7 Situs Warisan Dunia UNESCO yang Ada di Ukraina

Ukraina terkenal akan budaya dan tradisinya yang kaya dan merupakan rumah bagi tujuh situs warisan dunia UNESCO.


Bunker Peninggalan Perang Dunia II di Simeulue akan Dijadikan Objek Wisata

30 Oktober 2021

Bungker peninggalan perang dunia kedua oleh militer Jepang. ANTARA/Ade Irwansah
Bunker Peninggalan Perang Dunia II di Simeulue akan Dijadikan Objek Wisata

Bunker peninggalan Jepang yang biasa disebut korok-korok oleh warga Simeulue diantaranya ada di Desa Labuan Bakti dan Desa Labuan Bajau.


3 Benda Bersejarah Indonesia yang Selamat dari Perdagangan Ilegal Barang Antik

31 Agustus 2021

Dari kiri: Patung Seated Shiva, Patung Seated Parvati, dan Patung Seated Ganesha. Situs Kejaksaan Manhattan, New York, Amerika Serikat
3 Benda Bersejarah Indonesia yang Selamat dari Perdagangan Ilegal Barang Antik

Nilai tiga barang antik berupa patung Seated Shiva, patung Seated Parvati, dan patung Seated Ganesha, ini sebesar Rp 1,23 triliun.


Bekas Tambang Hingga Museum Purba di Indonesia Masuk Daftar Situs Warisan Dunia

7 Agustus 2021

Kawasan Taman Nasional Lorentz  (Dok. Panji A Nuariman/ksdae.menlhk.go.id)
Bekas Tambang Hingga Museum Purba di Indonesia Masuk Daftar Situs Warisan Dunia

Indonesia turut menyumbang beberapa tempat ke dalam situs warisan dunia UNESCO.


Keunikan Arslantepe Mound di Turki yang Jadi Situs Warisan Dunia Terbaru UNESCO

6 Agustus 2021

Pemandangan Arslantepe Mound di Turki, sebuah kota tua yang baru ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Dok.whc.unesco.org
Keunikan Arslantepe Mound di Turki yang Jadi Situs Warisan Dunia Terbaru UNESCO

Masuknya The Arslantepe Mound menjadi tempat ke-18 yang menjadi Situs Warisan Dunia dari Turki.


Makna 6 Monumen Simbol Persahabatan ASEAN di Taman Suropati

9 Juli 2021

Taman Suropati, Menteng, Jakarta. TEMPO/Subekti
Makna 6 Monumen Simbol Persahabatan ASEAN di Taman Suropati

Enam monumen bersejarah itu mulanya akan disebar di beberapa temoat, namun akhirnya diputuskan disimpan di Taman Suropati.