TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar pada Sabtu, 18 Juni 2022, melahirkan kesepakatan koalisi untuk menghadapi Pilpres, Pileg dan Pilkada 2024. Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menilai koalisi kedua partai sebagai hal yang rasional.
Agung menilai pertemuan Prabowo dan Muhaimin merupakan respon atas kondisi politik terkini. Kondisi politik tersebut adalah terbentuknya Koalisi Indonesia Baru (KIB) yang diusung oleh Partai Golkar, PPP dan PAN, serta munculnya rekomendasi tiga nama capres dalam Rakernas NasDem: Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo.
"Dalam konteks inilah komunikasi dan manuver politik jajaran pengurus PKB dan Gerindra menjadi relevan," kata pria yang akrab disapa Abas itu dalam keterangan tertulisnya.
Dia menyebut manuver PKB yang merapat ke Gerindra, setelah sebelumnya dikabarkan akan merapat ke PKS dan Demokrat dalam koalisi Semut Merah, cukup beralasan. Pasalnya, bergabungnya kedua partai cukup untuk memenuhi persyaratan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen kursi DPR.
Selain itu, dengan koalisi yang hanya terdiri dari dua partai politik, Agung menilai Gerindra dan PKB akan lebih mudah dalam membuat kompromi politik.
"Jika PKB berkoalisi dengan dua partai yakni Demokrat dan PKS, maka koalisi menjadi kurang ramping karena bila bersama hanya kepada salah satunya, yakini PKS atau Demokrat, masih belum dapat memenuhi presidential threshold. Akhirnya momentum PKB bersama Gerindra menjadi lebih rasional, selain ramping (tanpa harus banyak berkompromi) secara institusional, juga secara personal mampu memenuhi kebutuhan ketua umum masing-masing yang ingin maju dalam Pilpres 2024," tulis Agung.
Selain itu, dia menilai kedua partai akan saling melengkapi secara ideologis. Gerindra dianggap sebagai representasi partai nasionalis sementara PKB sebagai partai Islam yang mengakar pada kaum santri. Dia pun meyakini pasangan Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar memiliki peluang besar untuk memenangkap Pilpres 2024.
"Jika basis massa kedua partai ini berpasangan ditambah kekuatan figur yang dimiliki oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra yang juga capres sementara Cak Imin wapresnya, maka poros Gerindra-PKB bisa menjadi koalisi yang berpotensi memenangkan Pilpres saat PDIP, KIB, dan partai-partai lain (Nsdem, Demokrat, dan PKS), masih menggodok nama capres-cawapres atau menjajaki mitra koalisi," kata Agung.
Agung pun menyambut baik koalisi Gerindra dengan PKB ini. Menurut dia, semakin banyak koalisi yang terbentuk, maka potensi terjadinya pembelahan sosial yang tajam seperti pada dua Pilpres sebelumnya bisa semakin diminimalisir.
"Pertarungan saling berhadap-hadapan (head to head) yang selama ini terjadi dalam 2 periode pemilu sebelumnya, dapat dihindari. Sehingga, konsekuensi pembelahan sosial di masyarakat secara mendalam sirna," kata dia.
Dia pun memprediksi koalisi Gerindra dan PKB ini juga bisa mendorong terbentuknya koalisi antara NasDem, PKS dan Demokrat. Pasalnya, hanya tiga partai ini yang tersisa dan belum menentukan koalisi plus mereka bisa memenuhi presidential threshold.
"Dengan semakin banyaknya poros maupun paket capres-cawapres, maka diharapkan pertandingan elektoral semakin substantif karena uji visi-misi, rekam-jejak, dan program mendapat tempat yang penting di tengah situasi pandemi serta resesi yang masih membelenggu bangsa ini," kata dia.
Muhaimin Iskandar menyambangi kediaman Prabowo Subianto pada Sabtu malam kemarin. Usai pertemuan, Prabowo memastikan Gerindra dan PKB telah memiliki kesepakatan untuk bekerja sama menghadapi Pilpres, Pileg dan Pilkada 2024.
Baca: Pertemuan Prabowo - Cak Imin Dinilai Sebagai Respon atas KIB dan Rakernas NasDem