TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Pengusahaan Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan Dwi tidak pergi ke Turki hanya dengan ketiga anak serta istrinya. "Dia pergi bersama 26 orang lain dalam satu rombongan," kata saudara kandung Dwi yang enggan disebut namanya kepada Tempo, Senin, 9 November 2015.
Dia mengatakan 26 orang yang pergi bersama Dwi adalah keluarga dari istri Dwi, mulai dari ibu mertua yang duduk di kursi roda, kakak-kakaknya beserta keluarga, keponakan, hingga seorang balita berumur 1 tahun. Kepergian rombongan tersebut diatur oleh kakak ipar Dwi yang bernama Iman Santosa.
Iman memesan tiket perjalanan ke Turki di sebuah travel di Jakarta. Ia juga memesan hotel di travel berbeda. Namun Iman tidak membeli tiket atas namanya sendiri. "Ada mantan anak buah Iman yang dimintai tolong mencarikan penjual tiket," kata saudara Dwi. Ia mendapat informasi itu langsung dari penyedia jasa travel yang digunakan Iman. "Dia memesan tiket tanpa paket tur."
Sebelum berangkat ke Turki, Dwi sempat berpamitan kepada ibunya. "Ibu saya kaget waktu tahu Dwi berangkat bersama 25 orang lainnya," ujar saudaranya itu. Ibu Dwi kemudian berpesan kepada anaknya untuk tidak macam-macam dan berjanji untuk pulang. "Iya, Bu, saya pulang," ucap Dwi kepada ibunya.
Keluarganya telah melaporkan kehilangan Dwi ke Kepolisian Daerah Metro Jaya serta Departemen Luar Negeri. Namun hingga kini belum ada perkembangan dari kedua instansi tersebut. Saat menuggu kabar saudaranya, keluarga dikejutkan dengan pernyataan BNPT yang memastikan Dwi terlibat ISIS.
Pejabat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan mereka telah mengindentifikasi keterlibatan Dwi sejak beberapa bulan lalu. BNPT memastikan 85 persen Dwi terlibat ISIS. Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa kini Dwi dan keluarga diduga berada di Irak.