TEMPO.CO, Makassar - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sulawesi mendesak kepolisian mengungkap rentetan kasus penembakan misterius maupun kasus peluru nyasar di Makassar. Dalam dua tahun terakhir, tercatat 13 kasus peluru nyasar yang sudah menewaskan tiga warga Kota Daeng. Ironisnya, kasus itu tidak kunjung terungkap dan terus berulang.
Kasus terakhir menimpa seorang ibu rumah tangga, Eka, 24 tahun, yang diterjang peluru nyasar pada bagian lengan kanannya. Kejadian itu terjadi saat Eka tengah beristirahat di rumahnya di Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Sabtu, 29 Agustus, sekitar pukul 02.00 Wita. Eka bangun dan mendapati tangannya berlumur darah diterjang sebuah peluru.
Wakil Koordinator Badan Pekerja Kontras Sulawesi Nasrum menuturkan sudah empat kali terjadi kasus penembakan misterius di Makassar pada tahun ini dan belum terungkap. "Bila situasi itu terus berlanjut, maka akan menjadi momok bagi masyarakat Makassar. Kepolisian mesti mengungkapnya untuk memberikan jaminan rasa aman dan nyaman," kata dia, Minggu 30 Agustus.
Kontras Sulawesi mendorong Koorps Bhayangkara bersifat profesional dan transparan. Pengungkapan kasus penembakan misterius maupun peluru nyasar disebutnya bisa terungkap bila polisi serius menanganginya. Musababnya, bila tembakan itu berasal dari senjata aparat, pasti ada kode di proyektil pelurunya. Bila ditembakkan dari senjata rakitan, pihaknya berharap polisi menelusurinya.
Nasrum menerangkan kasus penembakan misterius dan peluru nyasar tidak boleh diendapkan. Kepolisian dimintanya lebih serius dalam pengungkapan kasus dan mengambil tindakan tegas bila pelakunya sudah ketahuan. Adapun tiga kasus penembakan misterius dan peluru nyasar di Makassar yang cukup menonjol adalah tewasnya Fathir Muhammad. Bocah berusia 13 bulan itu tewas tertembak ketika bermain di rumahnya di Jalan Baji Gau, 1 Februari 2013.
Dua kasus lainnya, yakni kematian Subhan, 21 tahun, yang tertembak saat melintas di Jalan Sungai Saddang, 27 Agustus 2014. Setahun kemudian, tepatnya 11 April, seorang buruh harian bernama Mukram, 21 tahun, juga meninggal akibat ditembak di pinggir Jalan Sultan Alauddin.
Kepala Kepolisian Sektor Panakkukang Komisaris Woro Susilo mengatakan polisi masih belum bisa menyimpulkan siapa para pelaku penembakan itu. Meski begitu, Kepolisian akan terus mengusut kasus itu hingga tuntas.