Yogyakarta Siapkan Status Darurat Bencana Kekeringan  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Selasa, 11 Agustus 2015 19:24 WIB

Petani mengangon sapinya di area persawahan yang kekeringan di Cibarusa, Bekasi, Jabar, 3 Oktober 2014. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tengah mempertimbangkan status darurat bencana kekeringan untuk wilayah DIY.

Penetapan status itu menjadi syarat pencairan dana darurat bencana senilai Rp 6 miliar dari pusat untuk jangka waktu tiga bulan. Saat ini dua kabupaten di wilayah DIY, Bantul dan Kulon Progo, dinyatakan berstatus darurat bencana kekeringan berdasarkan surat keputusan kedua bupati.

“Wilayah kami sudah darurat kekeringan terhitung Agustus sampai Oktober. Itu bisa diperpanjang,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Untung Waluyo, Selasa, 11 Agustus 2015.

Penentuan waktu tiga bulan tersebut berdasarkan perhitungan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika DIY bahwa kemarau di DIY diprediksi hingga Oktober 2015. Apabila tidak ada cuaca ekstrem, tidak menutup kemungkinan mulai turun hujan sebelum November.

Beberapa kecamatan yang terdampak kekeringan di Kulon Progo meliputi Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Kokap, Sentolo, Pengasih, serta sebagian Lendah dan Pajangan. Jumlah warga yang terdampak kekeringan terdata sebanyak 6.689 kepala keluarga atau 20.928 jiwa. Sedangkan jumlah dana yang diajukan ke pusat melalui provinsi senilai Rp 1,097 triliun. “Belum cair. Tapi kami usahakan bantuan dari relawan, juga CSR perbankan,” ujar Untung.

Dana itu digunakan untuk droping air, pembentukan posko aduan bagi warga yang membutuhkan droping air, juga penyediaan tendon air sementara. Pengajuan dana darurat bencana ke pusat, menurut Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi, sudah mendapat persetujuan pemerintah.

Hanya, belum bisa dicairkan karena menunggu sejumlah persyaratan dipenuhi, seperti pernyataan darurat bencana kekeringan dari gubernur dan telaah teknis di lapangan. “Harus ada koordinasi bersama, apakah gubernur perlu mengeluarkan pernyataan status darurat,” tutur Gatot.

Jika status darurat ditetapkan, ada konsekuensi yang harus diikuti pemerintah daerah itu. Seperti penggunaan dana darurat untuk pasokan air dan pipanisasi, pembentukan posko darurat, juga perubahan pola tanam di lahan pertanian untuk menjaga kesinambungan produk tanaman. “Semua pihak harus bergerak secara darurat. Kami akan lemparkan ke daerah, siap enggak dengan konsekuensi itu,” ucap Gatot.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

13 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

16 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

40 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

46 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

50 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

52 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

53 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

57 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

2 Maret 2024

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya