Anggota Wantimpres, Ahmad Hasyim Muzadi. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jombang - Dua hari menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur, salah satu tokoh yang disebut sebagai calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Salahudin Wahid atau Gus Solah bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kamis malam, 30 Juli 2015.
Gus Solah digadang-gadang berpasangan dengan bekas Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi sebagai calon Rais Aam. Menurut Hasyim yang saat ini juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Jokowi, pertemuan Gus Solah dan Jokowi sangat penting.
“Kalau saya sudah sering ketemu Pak Jokowi tapi rupanya beliau ga sreg kalau ga ketemu Gus Solah,” kata Hasyim berkelakar saat pertemuan dengan ribuan peserta Muktamar NU yang menginap di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis pagi.
Hasyim mengatakan sebagai kepala negara, Jokowi juga ingin tahu perkembangan NU sebagai ormas Islam terbesar yang selama ini memberikan kontribusi besar bagi kehidupan bernegara dan berbangsa. “Rupanya mau dicek mau dibawa ke mana NU itu. Kira-kira begitu,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, ini.
Hasyim mengatakan pertemuan Gus Solah dengan Jokowi itu tidak untuk kepentingan praktis pencalonan di muktamar. “Tapi membicarakan hubungan antara NU dengan negara, bukan antara Hasyim Muzadi atau Salahudin Wahid dan Jokowi. Hubungan NU dengan negara harus clear,” ujarnya.
Sebelumnya, di depan ribuan peserta muktamar yang menginap di Tebuireng, Gus Solah mengatakan akan bertemu Jokowi, Kamis malam. “Nanti malam saya akan bertemu Pak Jokowi di Istana Bogor. Saya meminta waktu untuk melaporkan perkembangan pembangunan Museum Hasyim Asy’ari,” kata Gus Solah sebelum berangkat ke Bandara Juanda Surabaya untuk menuju Jakarta.
Gus Solah mengatakan maksud pertemuan itu untuk membahas kelanjutan pembangunan museum yang dibangun di dekat Tebuireng oleh Pemerintah Kabupaten Jombang, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan pemerintah pusat. “Agar tahun depan jadi prioritas di tengah keterbatasan anggaran,” katanya.
Namun ia juga tak menampik jika pertemuan dengan orang nomor satu di Indonesia itu juga membicarakan pencalonannya di Muktamar NU. “Pasti nanti juga ada, ga mungkin ga ada. Saya tentunya tidak bisa ngomong,” katanya.