TEMPO.CO, Bojonegoro - Pemerintah Bojonegoro menetapkan terhitung pertengahan Juli hingga Oktober 2015 sebagai darurat kekeringan. Indikatornya, sejumlah desa rawan air. Puluhan sungai dan sekitar 160 embung mengering.
Penetapan itu disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro. Dalam bulan-bulan ke depan, pemerintah akan memberi bantuan air, mengebor sumur, hingga memantau kebutuhan makanan. ”Sudah resmi darurat kekeringan,” ujar Kepala BPBD Bojonegoro Andi Sudjarwo kepada Tempo, Sabtu, 25 Juli 2015.
Sejumlah langkah telah dilakukan, di antaranya koordinasi dengan Palang Merah Indonesia, Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial, dan sejumlah instansi yang peduli rawan kekeringan.
Selain itu, selama dua pekan terakhir, pemerintah memberi bantuan air bersih ke lima kecamatan yang rawan kekeringan. Seperti di Kecamatan Kedungadem, Sekar, Tambakrejo, Kepohbaru dan Sugihwaras. Tidak menutup kemungkinan ada suplai air ke daerah Bojonegoro bagian selatan-timur dan barat daya yang juga rawan kekeringan.
Di luar program pengiriman air bersih, BPBD sedang melakukan pengeboran air di desa-desa rawan kekeringan.
Tahun ini ditargetkan ada 30 desa yang akan dibor airnya, bekerja sama dengan pemerintah desa dengan dana dari APBD 2015. “Sudah ada tiga desa yang dibor dan keluar air,” ujar Andi. Dia menyebut desa-desa yang dibor airnya rata-rata berkedalaman 50 meter. Seperti di beberapa desa di Kecamatan Tambakrejo dan Kecamatan Sekar.
Dinas Pengairan Bojonegoro menyebut kekeringan dampak dari kemarau di Bojonegoro, Jawa Timur, terus meluas. Sekitar 160 embung (bendungan kecil) dari total 332 embung di kabupaten ini telah mengering.
Tak hanya itu, stok air di Waduk Pacal hanya menyisakan air kurang dari satu juta meter kubik—dari sekitar 32 juta meterkubik. Bendungan buatan tahun 1933 hibah dari Ratu Wilhelmina Belanda ini dinyatakan angka merah dan tidak boleh dibuka pintu airnya. ”Airnya hanya untuk perawatan tembok bendungan,” ujar Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Edy Susanto.
Data di Dinas Pengairan menyebut jumlah embung sebagian besar ada di kawasan Bojonegoro bagian timur dan selatan. Seperti di Kecamatan Kedungadem, Sugihwaras, Baureno, Gondang, Sekar, Tambakrejo, Ngambon, Sukosewu, Kepohbaru, Bubulan, Kedewan, Kasiman dan sebagian di Ngraho bagian timur.
Tata letak embung itu, sebagian besar ada di kecamatan yang tidak dilewati Sungai Bengawan Solo dan tidak di bawah aliran sungai dari Bendungan Pacal di Kecamatan Temayang. “Ya, areal selatan relatif sulit air,” ujar Edy Susanto.
Dia menyebut pembangunan embung akan terus dilakukan mengingat program ini telah ditetapkan dalam pembangunan lima tahun. Targetnya, Bojonegoro mempunyai seribu embung dan dibangun di 28 kecamatan dan 430 desa/kelurahan.
SUJATMINO