Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso memastikan kondisi di Tolikara, Papua, sudah kembali damai. Menurut Sutiyoso, tak ada ketegangan antara kelompok muslim dan Kristen di kabupaten itu.
"Sudah kondusif, sudah damai," kata Sutiyoso di rumah dinasnya, Kamis, 23 Juli 2015.
Saat ini, kata Sutiyoso, langkah yang perlu diambil adalah penyelesaian masalah melalui jalur hukum. Sutiyoso mengimbau seluruh elemen masyarakat menyerahkan penyelidikan akar kerusuhan di Tolikara pada pihak yang paling berwenang yaitu kepolisian.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti juga memastikan situasi telah kondusif di Tolikara. Walau begitu, polisi tidak akan berhenti mengusut peristiwa itu. "Penegakan hukum harus jalan karena pembakaran dan pelemparan itu adalah pelanggaran hukum," ucap Badrodin.
Hingga hari ini, polisi sudah memeriksa 50 saksi yang terkait dengan kisruh Tolikara. Badrodin mengatakan pemeriksaan sudah mengerucut pada nama-nama tersangka. "Tapi saya belum bisa menyampaikan kalau belum ada penangkapan."
Kisruh Tolikara terjadi pada Jumat pagi, 17 Juli 2015, ketika puluhan orang yang diduga anggota jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) memprotes penyelenggaraan salat Id di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga. Mereka berdalih telah memberitahukan agar kegiatan ibadah Lebaran tak dilaksanakan di daerah tersebut karena berbarengan dengan acara seminar dan kebaktian kebangunan rohani (KKR) pemuda GIDI.
Aparat yang mengamankan lokasi mengeluarkan tembakan peringatan. Namun massa mengamuk hingga menyebabkan puluhan kios dan sebuah musala di sekitar lapangan habis terbakar. Tembakan menyebabkan seorang korban tewas dan belasan lainnya luka-luka.
Insiden diduga berawal dari surat edaran yang diteken pada 11 Juli lalu. Selain memberitahukan penyelenggaraan seminar dan KKR pemuda GIDI pada 13-19 Juli 2015, surat itu berisi larangan perayaan Lebaran dan pemakaian jilbab di Tolikara.
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
7 Februari 2024
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
Pernyataan Jokowi itu muncul setelah kritik yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri soal netralitas TNI-Polri.