Terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso (tengah), termasuk dalam daftar nama yang akan dieksekusi pada bulan ini. Wanita berusia 30 tahun ini menjadi terpidana mati dalam kasus penyelundupan heroin 2,6 kilogram senilai Rp 5,5 miliar di Bandara Adisutjipto pada 25 April 2010. REUTERS/Ignatius Eswe
TEMPO.CO, Yogyakarta - Terpidana mati kasus heroin, Mary Jane Fiesta Veloso, mengikuti rangkaian acara Hari Kartini di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, Selasa, 21 April 2015. Dia mengikuti lomba peragaan busana dengan mengenakan kebaya berwarna perpaduan merah muda dan ungu tua.
Dia tak terlihat murung meski kini menghadapi hukuman mati. Dia justru tampak semringah dan menyapa hadirin di aula LP itu. Dia sempat menyapa dengan bahasa Indonesia. "Selamat siang, saya, Mary Jane, dari Filipina,” ujarnya, Selasa, 21 April 2015.
Lenggak-lenggok tubuhnya pun bak peragawati meski aula itu tidak dilengkapi dengan karpet merah. Dia berjalan sekitar 12 meter bolak-balik di depan hadirin dan juri.
Selain perasaan busana, dalam peringatan Hari Kartini ada lomba menghias tumpeng dan menyanyi. Sebelumnya, ada lomba tari poco-poco dan voli. "Hari ini diawali dengan upacara bendera," tutur Kepala LP Kelas IIA Yogyakarta Zaenal Arifin.
Sebelum mengikuti lomba peragaan busana, Mary Jane berias sejak pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Dia datang ke aula agak terlambat. Dia terlihat tidak nyaman dengan banyaknya awak media. Bahkan dia sampai pindah tempat duduk di belakang untuk menghindari sorotan kamera wartawan.
Baju kebaya yang dipakai Mary, menurut penuturan Beni, salah satu petugas LP itu, dipinjami teman sesama warga binaan. "Kebayanya dipinjami oleh sesama warga binaan, juga dibantu merias," katanya.
Tidak sia-sia, pada akhir acara peragaan busana, Mary Jane mendapatkan juara ketiga. Sebelumnya, klub bola volinya mendapat juara kedua. Hadiahnya berupa bingkisan dari asosiasi pengusaha tata boga.