Warga menghadiri kampanye koalisi masyarakat sipil cinta KPK dan Polri bersih melakukan aksi kampanye, save KPK dan tolak kriminalisasi para pimpinan KPK di kawasan MH Thamrin, Jakarta 25 Januari 2015. Dalam aksinya mereka mengkampayekan cinta KPK dan cinta Polri yang bersih. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 50 orang yang menamakan diri Koalisi Masyarakat Sipil Anti-Korupsi menggelar aksi di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu, 4 Maret 2015. Mereka mengecam sikap pelaksana tugas lembaga antirasuah yang melimpahkan kasus Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung.
"Pelimpahan kasus ini menunjukkan pimpinan KPK berpikir sangat pragmatis, tidak independen, tidak berani dalam menuntaskan kasus korupsi yang menjadi perhatian publik," ujar Alghiffari Aqsa, orator aksi sekaligus anggota Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, di gedung KPK.
Dia juga mensinyalir ada yang tidak beres ketika Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti akan menghentikan penyelidikan kasus terkait dengan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja dan Zulkarnain serta kasus pegawai lembaga antirasuah lainnya. "Kasus Pandu dan Zulkarnain berhenti sementara, berarti ini ada tawar-menawar politik."
Peserta aksi yang mengenakan baju hitam-hitam itu menggotong simbol kuda troya yang terbuat dari kayu dan kertas. Dalam kuda troya itu ditempeli gambar wajah pelaksana tugas pimpinan KPK, Taufiequrrachman Ruki. Kuda troya adalah "kendaraan" untuk membungkus maksud-maksud tertentu untuk tujuan tertentu dan sering kali berkonotasi negatif.
Selain kuda troya, para peserta aksi juga membawa beberapa karangan bunga. Dalam karangan bunga itu bertuliskan "Turut berduka cita atas wafatnya KPK oleh Plt Pimpinan KPK" dan "Turut berduka cita atas wafatnya agenda pemberantasan korupsi Presiden Jokowi." Mereka juga menggelar teatrikal mini.