TEMPO.CO, Jember - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf mengatakan polisi akan tetap memonitor potensi beredarnya uang palsu dalam pemilu kepala daerah serentak. "Kami tetap memonitor," kata Anas kepada wartawan di Jember, Kamis, 5 Februari 2015.
Sindikat uang palsu terungkap di Jawa Timur beberapa pekan lalu. Kepolisian Resor Jember mengungkap kasus uang palsu Rp 12,2 miliar pada Sabtu, 24 Januari. Uang itu diduga diproduksi sebuah komplotan di Jombang.
Pemodal berinisial Krm memiliki modal cukup besar untuk membeli mesin cetak seharga Rp 300 juta per unit. Adapun komplotan ini memiliki dua mesin cetak. Sedangkan biaya operasional sekitar Rp 200 juta. Kasus ini menjadi perhatian nasional. Sebab, selain nilai barang bukti sangat besar, kualitas kertas yang digunakan pun tergolong cukup tinggi.
Selain kemungkinan beredarnya uang palsu, keamanan pelaksanaan pilkada serentak adalah salah satu prioritas Polda Jawa Timur. "Ini juga untuk mengantisipasi awal pengamanan pilkada serentak di Jawa Timur," katanya. Polda, kata Anas, sudah siap secara personel untuk menghadapi pilkada karena dibantu Kodam V Brawijaya.
Keamanan di daerah akan diantisipasi setiap polres. Anas mengatakan telah menyampaikan kepada semua kapolres di Jawa Timur agar tidak meremehkan setiap situasi. "Semua harus dilakukan secara maksimal, all out apa pun yang terjadi, sehingga bisa diantisipasi lebih awal."
Hari ini, Anas bersama Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Panglima Kodam V Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Jember. Mereka menghadiri apel besar pencanangan sistem keamanan keliling serta penggunaan kentungan untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Apel besar ini digelar di Alun-alun Kabupaten Jember dan diikuti oleh sekitar 2.015 anggota masyarakat peduli Kamtibmas.
Gubernur Soekarwo mengatakan revitalisasi siskamling dan kentungan sebagai budaya rakyat perlu digelorakan di setiap daerah untuk menjaga kamtibmas. "Setiap daerah mempunyai kekhasannya masing-masing," kata Soekarwo. DAVID PRIYASIDHARTA