Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen TNI (Purn) Marciano Norman. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman bicara soal ancaman teror setelah penyerangan ke kantor media Charlie Hebdo di Paris, Prancis. Marciano mengatakan kelompok teroris biasa melakukan aksinya setelah terjadi serangan di suatu negara atau daerah tertentu.
"Mereka memanfaatkan peluang yang terjadi di daerah lain, seperti ada serangan kelompok teroris di satu negara, biasanya mereka memanfaatkan ini," kata Marciano di Kantor Presiden, Jumat, 9 Januari 2015. (Baca: Penyerang 'Pembalasan Nabi' Charlie Hebdo Tewas)
Karena itu, jika terjadi serangan teror di sebuah negara, BIN meningkatkan derajat keamanan atau pengawasan pada kelompok yang diduga akan melakukan teror. "Mereka yang kami duga akan melakukan tindakan itu ditempel ketat. Kalau baru saja ada aksi, ya, langsung rangkaiannya itu yang kita tempel lebih ketat," katanya.
Ia mengatakan, di daerah tertentu, BIN terus mengikuti dan mengawasi kelompok-kelompok berbahaya. Menurut dia, tim Densus 88 terus mengikuti dan tidak memberikan keleluasaan untuk bergerak. "Kalau diberi ruang gerak yang luas, pasti mereka akan memberikan ancaman yang bisa berakibat fatal," katanya. (Baca: Profil Charlie Hebdo yang Diserang di Prancis)
Marciano mengatakan aparat keamanan terus bekerja sama dengan BIN untuk menutup dan membatasi ruang gerak terduga teroris. Jika sudah jelas sasarannya, kata dia, akan langsung diambil langkah yang diperlukan. "Kelompok teroris selalu muncul saat melihat ada peluang karena, menurut pengamatan mereka, aparat keamanan agak turun tensinya," katanya. (Baca: 10 Kartun Charlie Hebdo yang Kontroversial)
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
7 Februari 2024
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
Pernyataan Jokowi itu muncul setelah kritik yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri soal netralitas TNI-Polri.