Banjir bandang yang membawa ratusan kubik kayu gelondongan dari Bukit Macang melalui Sungai Muluah menerjang Jorong Sawah Laweh, Nagari Simpang, Pasaman, Sumatera Barat (23/2). ANTARA/Iggoy el Fitra
TEMPO.CO, Padang - Sumatera Barat berada di zona merah rawan bencana longsor dan banjir bandang. "Ada ribuan titik rawan bencana longsor dan banjir di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat," ujar Kepala Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat Ade Edwar, Senin, 15 Desember 2014.
Kata Ade, zona merah itu terdapat di kawasan permukiman di pinggir kaki bukit, hulu sungai, dan permukiman yang berada di kanan-kiri sungai terjal. "Titik itu juga ada di sisi timur dan barat bukit barisan. Lalu di seputar kaki delapan gunung api yang ada di sini," ujarnya. Ratusan titik jalan nasional juga rawan terhadap longsor. Begitu juga dengan jalan-jalan provinsi dan kabupaten atau kota. (Baca: Longsor Banjarnegara, Tujuh Kecamatan Krisis BBM)
Kondisi itu terjadi karena Sumatera Barat secara topografi berada di kawasan perbukitan yang terjal. Secara geologis, daerah ini juga memiliki batuan yang lapuk dan belum terikat. "Iklim di Sumatera Barat juga basah. Sepanjang tahun terjadi musim hujan," ujar Ade.
Karena itu, Ade berharap pemerintah menata lagi tata ruang di daerah tersebut. "Bisa dilakukan relokasi, agar tidak ada korban jiwa. Jangan sekedar mental pemadam kebakaran, kalau sudah terjadi dan ada korban baru cerita relokasi," ujarnya. (Baca: Rawan Longsor, 3 Desa Situbondo Harus Direlokasi)
Kepala BPBD Sumatera Barat Yazid Fadhli membenarkan adanya ribuan titik longsor di seluruh kabupaten atau kota di Sumatera Barat. Seperti di Kabupaten Agam, Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Tanah Datar, Padang Panjang, Pesisir Selatan, dan Limapuluh Kota. "Sekitar 80 persen daerah di Sumatera Barat berada di perbukitan sedang dan terjal," ujarnya
Apalagi, kata Yazid, setelah gempa besar melanda daerah ini pada tahun 2007 dan 2009. Tanah semakin labil. "Banyak yang retak dan itu berpotensi menimbulkan bencana," ujarnya.