Lelang Dirjen Pajak Dituding Hanya Pencitraan

Reporter

Minggu, 23 November 2014 18:39 WIB

Dirjen Pajak Fuad Rahmany (kiri) dan Dirjen Bea Cukai Agung Kuswandono. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Management and Economics Development Studies (Mecode Studies) Augustinus Mangasa Sipahutar, menuding lelang jabatan calon Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan hanya pencitraan semata.

"Ini sinyal buat kita bahwa Dirjen Pajak akan sulit ditemui orang yang kompeten," ujarnya dalam diskusi politik mencari Dirjen Pajak yang ideal, di Waroeng Daun, Cikini, Ahad, 23 November 2014.

Proses rekruitmen lelang jabatan teras sebuah perusahaan besar lumrah dilakukan, namun jika kondisi itu dilakukan sebuah lembaga negara, menunjukan adanya kemerosotan kualitas sumber daya manusian di lembaga tersebut. "Makanya Kalau nanti tidak memenuhi mungkin bisa dianggap pencitraan," ujarnya. (Baca: Lelang Jabatan Berlaku di Seluruh Kementerian )

Kandidat Doktor Institut Pertanian Bogor itu menyatakan, proses yang dilakukan pemerintah belum sepenuhnya transaparan. Ia berharap panitis seleksi tidak terganggu intervensi pihak lain. (Baca: Begini, Tahapan Lelang Jabatan Dirjen Pajak )

Ada beberapa hal yang menjadi prioritas harus diperhatikan pansel dalam pemilihan itu, salah satunya integiras yang didukung pendidikannya sehingga mampu membuat stategi ekonomi dibidang perpajakan. "Mereka harus punya pendidikan di atas rata-rata dari sektor bawahannya," kata dia. (Baca:Mau Melamar Posisi Dirjen Pajak, Penuhi Syarat Ini)


Augustinus tidak mempermasalahkan calon yang diseleksi panitia berasal dari mana, namun hal tersebut bisa mewakili kepentingan pemerintah dalam mengejar target setoran pajak negara. "Bank Central Inggris kepalanya dari Kanada, begitu pun pejabat teras The Fed berasal dari Israel," tuturnya. (Baca: ESDM Prioritaskan Lelang Dua Jabatan)

Pengamat Pajak Perkumpulan Prakarsa Wiko Saputra, menambahkan transparansi pemilihan orang nomor satu di lembaga penerimaan negara itu wajib dilakukan. Panitia seleksi dituntut mampu menyeleksi calon pejabat yang bersih. "Dari segi SDM, dalam Dirjen Pajak banyak yang berkualitas tinggal integritas saja," ujarnya.

Dalam sejarah pergantian Dirjen Pajak, ujar dia, aroma politik lebih menyelimuti dalam menggolkan jagoannya, sehingga orang yang berkompeten namun minim akses politik kerap terpinggirkan. "Makanya dengan adanya pansel ini, kami berharap tudingan itu tidak ada," ujarnya.


Ia berharap dengan adanya seleksi ketat ini, pejabat yang terpilih mampu meningkatkan tax ratio lebih tinggi. "Kalau 1 persen tax ratio bisa naik maka pendapatan bisa nambah Rp 86 triliun," ujarnya.

Miko mendukung Presiden Joko Widodo segera merealisasikan pembentukan badan atau lembaga baru sektor penerimaan negara. "Selama masih di bawah Kementerian Keuangan kebijakannya sulit teralisasi," ujarnya.

JAYADI SUPRIADIN


Terpopuler
Chris Lie, Komikus Indonesia Prestasi Dunia
Hindari Daging, Olivia Zalianty Pilih Menu Ikan
Bangga Bisa Selfie bak Lady Gaga
Paska Melahirkan, Tubuh Kim Kardashian Lebih Sehat
Komikus Dunia Akan Muncul di HelloFest

Berita terkait

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

10 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

40 hari lalu

Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

Respons Direktorat Jenderal Pajak terhadap pernyataan Prabowo Subianto yang membanggakan rasio pajak era Orba.

Baca Selengkapnya

Dampak Menggunakan Materai Palsu, Bisa Mengurangi Pendapatan Pajak Negara

44 hari lalu

Dampak Menggunakan Materai Palsu, Bisa Mengurangi Pendapatan Pajak Negara

Penggunaan meterai palsu secara marak bisa mengganggu sistem pajak dan merugikan negara

Baca Selengkapnya

Rafael Alun Tetap Dihukum 14 Tahun Penjara di Putusan Banding

51 hari lalu

Rafael Alun Tetap Dihukum 14 Tahun Penjara di Putusan Banding

Rafael Alun Trisambodo, bekas pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dalam putusan banding tetap menjatuhkan vonis 14 tahun penjara. Dengan denda Rp 500 juta.

Baca Selengkapnya

DJP Kantongi Setoran Pajak Digital Rp 16,9 Triliun, Ini Rinciannya

5 Januari 2024

DJP Kantongi Setoran Pajak Digital Rp 16,9 Triliun, Ini Rinciannya

DJP Kemenkeu mencatat telah memungut pajak pertambahan nilai perdagangan melalui sistem elektronik alias pajak digital sebesar Rp 16,9 triliun pada akhir 2023.

Baca Selengkapnya

2024 NIK Jadi NPWP, Ini Cara Memadankannya

29 November 2023

2024 NIK Jadi NPWP, Ini Cara Memadankannya

Setelah tanggal 31 Desember 2023, masyarakat menggunakan NIK untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Begini caranya jadi NPWP

Baca Selengkapnya

Begini Cara Mengecek NIK Sudah Terintegrasi dengan NPWP atau Belum

29 November 2023

Begini Cara Mengecek NIK Sudah Terintegrasi dengan NPWP atau Belum

Kemenkeu akan segera menerapkan kebijakan NIK jadi NPWP secara penuh pada pertengahan 2024. Berikut cara cek NIK yang sudah tertintegrasi dengan NPWP.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Memadankan NIK-NPWP

8 November 2023

Begini Cara Memadankan NIK-NPWP

Memadankan NIK-NPWP dilakukan paling lambat Desember 2023. Begini caranya.

Baca Selengkapnya

DJP Pastikan Kerahasiaan Data Wajib Pajak pada Skema Prepopulated

27 Oktober 2023

DJP Pastikan Kerahasiaan Data Wajib Pajak pada Skema Prepopulated

DJP memastikan bahwa kerahasiaan data yang berkaitan dengan wajib pajak akan terjaga saat skema prepopulated diterapkan.

Baca Selengkapnya

DJP Sebut Insentif Sektor Properti Tak Kurangi Penerimaan Pajak Negara

27 Oktober 2023

DJP Sebut Insentif Sektor Properti Tak Kurangi Penerimaan Pajak Negara

Insentif pajak properti yang ditanggung pemerintah berasal dari pajak masyarakat yang kemudian dibayarkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran.

Baca Selengkapnya