Kesaksian Korban Sebelum Jabal Nur Karam
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Kamis, 9 Oktober 2014 18:42 WIB
TEMPO.CO, Situbondo - Koordinator Search and Rescue (SAR) pencarian korban karamnya perahu motor Jabal Nur, Rudi Prahara, memastikan penyebab kecelakaan yang menenggelamkan 49 penumpang itu ialah terjangan ombak besar. "Lambung depan kapal pecah," kata Rudi di Posko SAR Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Kamis, 9 Oktober 2014.
Menurut Rudi, kronologi karamnya Jabal Nur diungkapkan Syafiudin, seorang korban yang berhasil diselamatkan. Jabal Nur dipakai Munib, nakhoda kapal, untuk menikahkan anak angkatnya, Achmad, ke Desa Pemuteran, Buleleng, Bali. Mereka berangkat dari Pulau Raas, Sumenep, pukul 09.00 WIB.
Saat memasuki Selat Bali, kata dia, kondisi cuaca memburuk. Sebuah hantaman ombak besar mengakibatkan lambung Jabal Nur pecah. Menjelang karam, seorang anak buah kapal naik ke tiang perahu dan menelepon kerabatnya di Talango, Pulau Raas. "Setelah itu, seluruh isi kapal karam 1 mil di selatan Pulau Takat Mas, Situbondo," kata Rudi. (Baca: Dua Korban Jabal Nur Diselamatkan Nelayan Baluran)
Jabal Nur adalah jenis kapal dengan dua mesin dan berkapasitas 60 orang. Biasanya Jabal Nur dipakai untuk sarana angkutan dari Pulau Raas ke Kecamatan Dungkek, Sumenep, Madura.
Menurut Rudi, Jabal Nur tidak dilengkapi pelampung sehingga jumlah korban tewas cukup banyak. Sampai pukul 13.00 WIB, jumlah korban tewas mencapai 18 orang, 8 selamat, sedangkan 23 penumpang lainnya masih hilang. (Baca berita lainnya: Dua Penumpang Perahu Jabal Nur Ditemukan Tewas)
Busairi, keluarga korban dari Banyuwangi, sejak Senin malam, 6 Oktober, datang ke Posko SAR Pelabuhan Jangkar. Menurut Busairi, cucunya bernama Vita, 6 tahun, dan seorang kerabatnya, Bunamah, 50 tahun, turut menjadi korban. "Sampai hari ini belum ketemu," kata Busairi.
IKA NINGTYAS
Baca juga:
Nazaruddin: Ibas Terima Duit Korupsi Wisma Atlet
Bintang Film Bollywood Naik Haji
Ketua MPR Mangkir, Jokowi Tetap Bisa Dilantik
Jokowi: Nama Menteri Hampir Final