TEMPO.CO, Semarang - Mobilitas masyarakat saat arus balik di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang masih sepi. “Belum ada peningkatan, semua masih normal,” kata Sekretaris Pos Koordinasi Angkutan Lebaran Bandara Ahmad Yani Semarang, Dengah Jeremiah, Jumat, 1 Agustus 2014.

Menurut Dengah, kenaikan jumlah penumpang di Bandara Ahmad Yani Semarang hanya terjadi pada tujuh hari menjelang Lebaran hingga satu hari seusai Lebaran. “H+2 sudah mulai normal, tak ada lonjakan hingga sekarang (Jumat, 1 Agustus),” katanya.

Kondisi normal yang terjadi sejak dua hari seusai Lebaran itu membuat maskapai penerbangan tak memberlakukan penerbangan ekstra. Bahkan catatannya justru menunjukan pada Kamis, 31 Juli lalu, terjadi penurunan jumlah pengguna angkutan pesawat domestik dan internasional masing-masing hingga 17 dan 20 persen.

Diperkirakan terjadi lonjakan jumlah penumpang di Bandara Ahmad Yani pada Sabtu dan Ahad ketika libur bersama usai. Pada hari itu diperkirakan akan ada dua-tiga penerbangan tambahan. “Meski masih sepi, belum ada pembatalan pemberangkatan pesawat. Kondisinya masih normal,” katanya.

Sementara itu, jumlah penumpang kereta di Kota Semarang justru naik 25 persen dibanding periode yang sama pada 2013. Kenaikan itu dihitung dari jumlah penumpang pada Kamis, 31 Agustus 2014, yang mencapai 22.679 orang. “Ini naik hingga 25 persen dibanding waktu yang sama tahun lalu,” kata Manajer Hubungan Masyarakat PT KAI Daop IV Semarang, Suprapto.

Menurut Suprapto, total jumlah penumpang kereta asal Semarang sejak 18 hingga 31 Juli 2014 205.687 orang, dengan puncak keramaian terjadi pada 30 dan 31 Juli. “Saat itu terjadi dua arus yang sama-sama ramai. Baik dari arah Jakarta maupun tujuan Jakarta okupansinya 100 persen,” kata Suprapto.

Ia mencatat saat ini kereta jarak jauh asal Semarang sudah kehabisan tiket hingga tanggal 10 Agustus mendatang. Sedangkan PT KAI Daop IV Semarang hanya mampu melayani penjualan tiket langsung dalam daerah operasional.

PT KAI telah menambah rangkaian dan jam keberangkatan kereta, namun layanan itu masih kurang melayani minat publik yang ingin menggunakan angkutan yang ada sejak zaman kolonial itu. “Buktinya, tiket jarak jauh ludes semua,” katanya.

EDI FAISOL