Seorang pengunjung melihat deretan Pekerja Seks Komersia (PSK) yang menutup wajah dengan masker di sebuah wisma di kawasan lokalisasi Gang Dolly, Surabaya (19/6). Sehari usai deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, tetap beroperasi dan memberikan layanan esek esek di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Kupang - Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengantisipasi masuknya pekerja seks komersial (PSK) dari Dolly di Surabaya, Jawa Timur, yang akan bermigrasi ke daerahnya. "Bukan tidak mungkin, PSK dari Dolly masuk ke daerah ini pasca-penutupan beberapa waktu lalu," kata Wakil Wali Kota Kupang, Hermanus Man, Selasa, 24 Juni 2014.
Pemerintah Kupang akan mengecek surat keterangan pindah seluruh warga yang masuk ke daerah itu untuk mencegah masuknya PSK eks Dolly. Dia khawatir eksodus PSK Dolly ke Kupang akan meningkatkan angka HIV-AIDS di daerahnya. "Kami akan awasi semua lokalisasi dan tempat pijat tradisional (pitrad) yang menambah orang baru," katanya.
Jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Kupang cukup tinggi, tercatat sejak 2000 hingga April 2014 kasus HIV/AIDS mencapai 589 kasus dengan perincian kasus HIV 437 kasus dan kasus AIDS 152 kasus. (Baca: Kantor Sosial Lumajang Lacak Puluhan PSK eks Dolly)
Manajer Program Yayasan Tanpa Batas (YTB) Denimars Sailana menyatakan berdasarkan pantauan mereka sebanyak 44 PSK asal Dolly telah masuk ke Kota Kupang. Karena itu perlu dilakukan pengawasan yang ketat sehingga tidak terjadi migrasi besar-besaran ke daerah ini.