KPK Ajak Masyarakat Awasi Dana Desa  

Reporter

Senin, 16 Juni 2014 04:59 WIB

Busyro Muqqodas. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta: Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas mengajak seluruh masyarakat sipil untuk mengawal dana desa. Dana untuk mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 itu jadi peluang korupsi di tingkat bawah.

"Peluang korupsi itu bisa di-backup melalui program pencegahan dengan melibatkan masyarakat sipil daerah-daerah," kata dia di Cisarua, Bogor, Sabtu, 14 Juni 2014. Busyro lebih menekankan pada pengawalan, bukan pengawasan. Sebab, dia berharap masyarakat sipil bisa membantu mendesain penggunaan dana yang setiap desa mendapat jatah bervariasi antara Rp 500 juta, Rp 700 juta, hingga Rp 900 juta tiap tahunnya.

Dia mencontohkan kegunaan dana desa yang mendasarkan pada kemampuan mengenali masalah-masalah masyarakat desa setempat. Kemudian, lanjutnya, bisa dilakukan kalkulasi anggaran problem itu setiap tahunnya, baru tahapan pembelanjaan.

KPK, kata Busyro, juga sudah meneken kerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pusat dan daerah di seluruh Indonesia sejak 2012. Kegiatannya, antara lain melakukan pemetaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). "Apakah berbasis sistem transparan atau pada paradigma pembangunan yang mencerminkan Pasal 33 UUD 1945," ujarnya.

Dia mengatakan KPK telah melakukan riset dan menemukan indikasi banyaknya daerah yang 75 persen APBD-nya untuk belanja pegawai, sisanya untuk rakyat. Penelitian itu juga menemukan beberapa unsur fraud (kegagalan) yang hasilnya akan dikaji. Susunan APBN maupun APBD itu, menurut Busyro, tidak berdasarkan pemberdayaan masyarakat. "Anggaran daerah memang harus di-backup sehingga melakukan pencegahan di level bawah," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Mei 2014 telah menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam PP ini, pemerintah pusat menyalurkan dana khusus bagi penyelenggaraan pemerintah desa yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa (ADD). ADD bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota.

Selain itu, desa juga mendapatkan tambahan dana sebesar 10 persen dari realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. Sebanyak 60 persen dari tambahan dana itu dibagi merata untuk seluruh desa. Sedangkan 40 persen sisanya didistribusikan secara proporsional menurut penerimaan dari masing-masing desa.

PP 43/2014 juga membatasi dana ADD yang boleh digunakan untuk menggaji perangkat desa termasuk kepala desa. Di antaranya, desa yang mendapat ADD kurang dari Rp 500 juta digunakan maksimal 60 persen. ADD Rp 500 juta-700 juta digunakan maksimal 50 persen. ADD Rp 700 juta-900 juta digunakan maksimal 40 persen, dan ADD di atas Rp 900 juta digunakan maksimal 30 persen.

LINDA TRIANITA

Berita lainnya:

Lulus, Siswi SMP di Bangkalan Semprot Paha

Maroko Juarai Etape Terberat Tour de Singkarak

Massa JAT Akui Pukuli Slanker Solo

Berita terkait

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

11 jam lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

13 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

21 jam lalu

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.

Baca Selengkapnya

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

1 hari lalu

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

1 hari lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

1 hari lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

KPK mengatakan, kuasa hukum Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor seharusnya berperan mendukung kelancaran proses hukum.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

1 hari lalu

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

Nurul Ghufron menyebut peran pimpinan KPK lainnya dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik yang menjerat dirinya.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

2 hari lalu

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

2 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

2 hari lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya