Perlu Dicari Sistem UN yang Representatif  

Reporter

Rabu, 21 Mei 2014 20:49 WIB

Sejumlah siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) bersorak gembira usai melihat hasil pengumuman Ujian Nasional (UN) di SMK 4 Tangerang, Banten, (20/1). Para pelajar memilih melihat hasil pengumuman ujian nasional di sekolah bersama. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia perlu mencari sistem ujian nasional yang lebih representatif. Demikian kesimpulan Profesor Eero Popo, praktisi pendidikan di Sekolah Pendidikan-Universitas Tampere, Finlandia, di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu, 21 Mei 2014.

Profesor Eero Ropo berbagi pengalaman dengan para praktisi pendidikan di Indonesia dalam seminar tentang sistem dan pengalaman pendidikan yang digelar kedutaan Finlandia ini. "Memang dalam hal sistem ujian tak ada yang salah atau benar," kata Eero Popo, Rabu, 21 Mei 2014.

Data menunjukkan kelulusan siswa SMA tahun ini mencapai 99,52 persen dari total 1.632.757 siswa. Artinya, ada 7.811 siswa tidak lulus. "Ini menunjukkan ada yang tidak pas dalam sistem ujian nasional dan perlu dicari sistem yang lebih mewakili," kata Eero Popo. (Baca: Peraih Nilai UN Tertinggi Hanya Belajar di Rumah)

Finlandia tidak menerapkan sistem ujian nasional. Namun guru dan sekolah diminta mengevaluasi perkembangan anak didik secara menyeluruh. Acuan ujian nasional memang disediakan pemerintah, tetapi sekolah tidak diwajibkan mengikuti sistem tersebut. Keunikan pendekatan guru dan sekolah diberi ruang, termasuk dalam hal standar penilaian.

Sistem pendidikan yang menyeluruh ini bertujuan mendorong potensi siswa berkembang lebih baik. Ada tiga jurus utama yang dilakukan para guru di Finlandia. Pertama, mengajak murid untuk merasakan pengalaman (experience). Pelajaran lebih banyak bersandar pada praktek, bukan sekadar klasikal.

Jurus kedua adalah ingenuity, yakni mendorong murid mencari solusi kreatif saat menjumpai persoalan. Ketiga adalah keberanian (courage). Murid diajarkan berani bertindak dan menerima risiko. "Kesalahan tentu terjadi saat bereksperimen, itu wajar. Kita belajar melalui kesalahan," kata Riitta Juusenaho, Direktur Proyek Pendidikan di Kota Tampere.

Riitta Juusenaho juga menekankan bahwa kita hidup di zaman milenium. Zaman berubah, tantangan jauh lebih kompleks dan berbagai hal terkait. Guru, karena itu, berperan sebagai fasilitator belajar, bukan lagi penceramah yang gemar menakuti murid dengan berbagai hukuman. Inovasi, kreativitas, dan otentik adalah lingkungan belajar yang harus diciptakan para guru.

"Pendidikan adalah segalanya bagi kami, para guru. Semangat itu yang ingin kami tularkan," kata Juusunaho. Semangat menjadi pendidik yang berdedikasi inilah yang menjadikan Finlandia selalu berada pada peringkat teratas dalam survei PISA, yang diselenggarakan di 500 ribu sekolah di seluruh dunia. (Baca: 10 Provinsi dengan Ketidaklulusan SMA Tertinggi)

MARDIYAH CHAMIM




Berita Terpopuler
Mahfud Dijanjikan Jabatan Lebih dari Menteri
Kecewa pada PKB, Mahfud: Selesai Tugas di Partai
ITB Tak Otomatis Terima Siswa Bernilai UN Tinggi






Berita terkait

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

3 Juni 2023

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

Selama awal 2023, telah terjadi 22 kasus kekerasan seksual di lingkungan sekolah dengan jumlah korban 202 anak.

Baca Selengkapnya

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

6 April 2023

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

Kemendikbud mengatakan acara pelantikan yang dilakukan MWA UNS adalah ilegal.

Baca Selengkapnya

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

5 Desember 2022

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

Pengerjaannya hanya tiga pekan. Hujan dan angin menjadi ujian berharga Bamboo Dome, sehari sebelum Presiden meninjau.

Baca Selengkapnya

Mengenal ANBK, Apa Bedanya dengan Ujian Nasional?

24 Agustus 2022

Mengenal ANBK, Apa Bedanya dengan Ujian Nasional?

Kemendikbudristek menginisiasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau ANBK untuk SD, SMP, dan SMA sederajat sebagai pengganti Ujian Nasional (UN).

Baca Selengkapnya

Sempat Diundur, Pengumuman Kampus Mengajar Angkatan 4 Diumumkan Besok 8 Juli 2022

7 Juli 2022

Sempat Diundur, Pengumuman Kampus Mengajar Angkatan 4 Diumumkan Besok 8 Juli 2022

Pengumuman disampaikan pada 7 Juli 2022 melalui akun Instagram Kampus Mengajar.

Baca Selengkapnya

MA Menangkan Kemendikbud Terkait Aturan Pencegahan Kekerasan Seksual

19 April 2022

MA Menangkan Kemendikbud Terkait Aturan Pencegahan Kekerasan Seksual

MA menolak gugatan uji materiil terhadap Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Baca Selengkapnya

IPB University Raih Nilai Kinerja Anggaran Terbaik Versi Kemendikbud

17 Maret 2022

IPB University Raih Nilai Kinerja Anggaran Terbaik Versi Kemendikbud

IPB University meraih nilai 94,41 dengan predikat sangat baik. Disusul oleh Universitas Pendidikan Indonesia dengan nilai 91,33 (sangat baik).

Baca Selengkapnya

Kementerian Pendidikan Buka Pendaftaran Guru Penggerak, Cek Syaratnya

15 Maret 2022

Kementerian Pendidikan Buka Pendaftaran Guru Penggerak, Cek Syaratnya

Pendaftaran program guru penggerak dibuka pada 14 Maret hingga 15 April 2022. Seleksi ini terbuka untuk guru TK, SD, SMA, SMK, dan SLB.

Baca Selengkapnya

Kementerian Pendidikan Sesalkan Konflik Rektor dan Dosen SBM ITB

10 Maret 2022

Kementerian Pendidikan Sesalkan Konflik Rektor dan Dosen SBM ITB

Kementerian Pendidikan meminta agar rektor dan dosen SBM ITB berdialog mencari solusi. Kemendikbud meminta agar tak mengorbankan mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Mau Magang di Kantor Mas Menteri Nadiem Makarim? Ini Syarat dan Formasinya

4 Maret 2022

Mau Magang di Kantor Mas Menteri Nadiem Makarim? Ini Syarat dan Formasinya

Kementerian Pendidikan yang dinaungi Nadiem Makarim membuka program praktik kerja lapangan dengan enam formasi seperti humas dan konten kreator.

Baca Selengkapnya