Jawa Timur Masih Aman dari Virus MERS

Reporter

Rabu, 7 Mei 2014 19:43 WIB

Partikel sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) coronavirus yang muncul pada 2012 terlihat dalam mikrograf elektron transmisi dari National Institute for Allergy and Infectious Diseases (NIAID). REUTERS/National Institute for Allergy and Infectious Diseases

TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga Surabaya Profesor Dr dr Nasronudin, SpPD KPTI FINASIM, sudah memeriksa sampel darah sejumlah pasien terkait dengan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV). Namun sampai saat ini belum ditemukan gejala terjangkitnya virus asal Timur Tengah itu.

"Kami sudah memeriksa beberapa sampel, semua negatif," kata Nasronudin kepada Tempo, Rabu, 7 Mei 2014.

Pemeriksaan dilakukan sejak 2013. Sampel diperoleh Nasronudin dari beberapa orang yang pulang dari berhaji, umrah, ataupun bepergian ke Timur Tengah. Mereka yang tiba di Tanah Air dan mengalami panas serta batuk langsung menjalani pemeriksaan. "Jadi antisipasi itu sudah kami lakukan sejak tahun lalu, setelah beredar kabar virus Corona," kata Nasronudin. (Baca: Indonesia Belum Terbukti Terjangkit MERS)

Penyakit MERS sebenarnya masih satu kerabat dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Keduanya disebabkan oleh virus Corona, tapi dengan bentuk dan distribusi yang berbeda. SARS pertama kali ditemukan di Tiongkok. Sedangkan MERS lebih banyak di Timur Tengah dan beberapa negara di Eropa, seperti Italia dan Prancis.

Berbeda dengan SARS yang menyerang paru-paru, penyakit MERS bisa menyerang paru-paru, hati, dan ginjal. Kendati begitu, keduanya sama-sama mematikan. Gejalanya pun mirip flu biasa. (Baca: Ilmuwan Klaim Temukan Penangkal Penyakit MERS)

Karena itu, masyarakat harus waspada terhadap penyebaran virus ini. Mereka yang ingin bepergian ke Jazirah Arab sebaiknya menjaga kondisi 2-4 minggu sebelumnya. "Makan makanan bergizi dan berkualitas, minum vitamin," kata Nasronudin.

Bila diperlukan, konsumsi obat komplementer termasuk vitamin dan antioksidan yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Iklim tropis di Indonesia juga bisa berpotensi menyebabkan virus Corona bermutasi. Namun, kata Nasronudin, masyarakat Indonesia tidak akan terganggu jika daya tahan tubuh kuat. Mereka yang terlalu lelah, berusia lanjut, punya penyakit kencing manis dan kanker memiliki risiko tinggi terkena virus Corona. (Baca: Satu WNI di Jeddah Meninggal Akibat MERS-CoV)

AGITA SUKMA LISTYANTI

Terpopuler:
Komnas HAM Akan Sikapi Pengakuan Kivlan Zein
Omset Bakso Babi Sutiman Rp 30 Juta per Bulan
Soal Kisruh Hanura, Wiranto Selamatkan Hary Tanoe
Monica Lewinsky Buka Mulut Soal 'Affair' Clinton
Foto Seksinya Digunjingkan, Mariana Renata Pasif
Wewenangnya Terbatas, Ahok Memilih Diam Saja







Berita terkait

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

25 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

27 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

27 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

30 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

32 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

33 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

34 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

34 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

37 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

38 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya