Warga Papua Barat Belajar Membatik di Yogyakarta  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 23 April 2014 15:47 WIB

batik Papua

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 25 penduduk Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat , mengikuti pelatihan membuat motif batik dan membuat batik di Balai Besar Kerajinan dan Batik Daerah Istimewa Yogyakarta pada 21-27 April. Selain untuk memperkenalkan batik kepada masyarakat Raja Ampat, pelatihan itu sekaligus untuk menciptakan motif batik khas Raja Ampat.

Hasil pelatihan itu akan ditampilkan dalam pembukaan Sail Raja Ampat yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juni mendatang. “Jangan sama dengan motif batik Jawa. Jangan sampai tertular motif batik Yogyakarta yang ribet ini karena pelatihannya di sini,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti saat pembukaan pelatihan, Rabu, 23 April 2014.

Kekhasan itu, menurut Wiendu, bisa diperoleh dari tradisi, budaya, dan seni khas Raja Ampat. Dia berharap tiap daerah punya ciri khas motif batik. Selama ini, motif batik yang dikenal adalah dari Jawa: Surakarta, Lasem, Yogyakarta, dan Pekalongan. Motif-motif batik Jawa cenderung ornamental dan rumit. Warnanya pun terbatas hanya hitam, cokelat, juga putih.

Berbeda dengan motif batik Jawa, motif batik Papua cenderung besar dengan warna yang lebih berani, seperti hitam, merah, dan hijau. “Saya yakin, batik Papua mempunyai kemampuan untuk menembus pasar dunia,” kata Wiendu.

Ketua Dewan Kesenian Raja Ampat Alfius Mirino mengatakan sudah dua kali warga Raja Ampat dikirim ke Yogyakarta untuk mengikuti pelatihan membatik. Rombongan pertama pada 2013 lalu sebanyak 15 orang. “Tapi setelah kembali (ke Raja Ampat), mereka tidak bisa menerapkan ilmunya,” kata Alfius.

Alasannya, tidak ada pendampingan selama mengikuti pelatihan. Tahun ini, 25 orang dikirim kembali didampingi Dewan Kesenian Raja Ampat sebanyak dua orang. Tidak ada satu pun peserta yang mempunyai latar belakang sebagai pembatik. Mereka adalah ibu rumah tangga, petani, nelayan, dan pengrajin aneka kerajinan tangan. “Sebelum berangkat ke Yogyakarta, kami beri bekal pengenalan cara membuat motif. Istilah kami, menulis,” kata Alfius.

Beberapa motif juga sudah dibuat Alfius, yang menunjukkan ciri khas Raja Ampat. Seperti motif bergambar manusia tupai, ikan, sagu, juga kekayaan alam di bawah laut. Motif itu biasa menjadi motif sejumlah alat perang, seperti perisai dan aneka kerajinan dari kayu.

Setiba di Yogyakarta, mereka mulai mengenal canting dan malam. “Kami pulang nanti dibekali canting dan malam. Kalau habis, kami juga belum tahu bagaimana karena tidak ada malam di Raja Ampat,” kata Herlina, warga Raja Ampat yang sehari-hari membuat kerajinan dari tas.

PITO AGUSTIN RUDIANA




Terpopuler:
Enam Inkumben Dapil IV Jatim Gagal ke Senayan
Jurnalis Ahlul Bait Indonesia Dipukuli
Saksi Sebut Bupati Morotai Tahu Rp 3 M ke Akil

Berita terkait

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

7 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

16 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

4 Maret 2024

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.

Baca Selengkapnya

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

3 Maret 2024

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang

Baca Selengkapnya

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

3 Oktober 2023

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

27 September 2023

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.

Baca Selengkapnya

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

18 Juni 2023

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.

Baca Selengkapnya