Kapal Angkatan Laut Inggris, HMS Daring, merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, (17/01). Kapal perang Inggris ini tiba di Jakarta untuk memperkenalkan Kapal perang tipe 45 dan untuk membangun hubungan militer dan perdagangan antara Indonesia dan Inggris. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Bandung - Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dedy Supriadi Priatna mengungkapkan kelanjutan rencana pengembangan pelabuhan di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, tergantung pada hasil studi konsultan independen.
Konsultan akan memastikan keamananan jalur pelayaran dari keberadaan kilang dan pipa gas. "Studi ini akan selesai awal Juni," katanya di sela rapat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Jawa Barat, di Bandung, Selasa, 15 April 2014.
Menurut dia, pembangunan pelabuhan di Cilamaya akan dibiayai lewat pinjaman luar negeri dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Bappenas sudah menyampaikan persetujuan usul pinjaman luar negeri itu kepada Kementerian Keuangan. "Dari Kementerian Keuangan ke JICA belum dikirim karena masih menunggu hasil studi itu," katanya.
Adapun Pertamina meminta pemerintah mengkaji ulang rencana membangun pelabuhan itu. Sebab, ada lima kilang dan pipa gas di lepas pantai Laut Jawa di jalur pelayaran menuju lokasi pembangunan pelabuhan itu.
Hasil studi konsultan sebelumnya yang berasal dari Jepang sudah memastikan jalur pelayaran itu bisa dilewati. "Tapi kemudian Petamina enggak yakin. Sekarang ditunjuk konsultan independen yang ahli dalam minyak yang diakui oleh Pertamina, SKK Migas, dan Menteri Perhubungan" kata Dedy.
Konsultan independen diminta mengkaji apakah lokasi itu bisa dilalui jalur pelayaran atau tidak. Jika tidak, apakah kilang dan pipa gas harus dipindah ataukah harus dicari lokasi pelabuhan baru. Kesimpulan hasil studi konsultan independen itu akan memastikan kelanjutan rencana pengembangan pelabuhan Cilamaya tersebut.
"Saya optimistis kesimpulan konsultan independen itu sama dengan hasil kajian sebelumnya bahwa posisi pelabuhan tidak perlu dipindah sehingga jadwal penyiapan desain pelabuhan itu pada Juni 2014 bisa diteruskan," kata Dedy.
Menurut dia, pelabuhan di Cilamaya diproyeksikan bisa beroperasi pada 2020. "Cilamaya ini akan jauh melebihi kapasitas Tanjung Priok, akan menjadi pelabuhan laut terbesar di Indonesia," katanya.
Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Jawa Barat Soemarwan Hadisoemarto membenarkan ihwal keberadaan sejumlah kilang dan pipa gas di rencana jalur pelayaran dari pelabuhan di Cilamaya. "Di samping rig (kilang) Pertamina, itu juga ada pipa gas," katanya.
Menurut Soemarwan, feasibility study sempat menyoroti soal keberadaan kilang gas dan pipa pada rencana jalur pelayaran menuju lokasi pelabuhan itu. "Keberadaan pipa gas itu harus dipastikan tidak akan menggangu operasional pelabuhan sekaligus menjaga keamanan pipa tersebut," katanya.