Muntahan vulkanik Gunung Merapi terlihat dari Pakem, Yogyakarta, Indonesia, 18/11. AP / Slamet Riyadi
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi mengembuskan asap tebal setinggi 1,5 kilometer pada Senin pagi, 10 Maret 2014. Embusan itu terjadi pukul 06.54 WIB hingga 07.25 WIB. Adapun embusan tertinggi terjadi pada pukul 07.10 WIB.
Meskipun Merapi mengembuskan asap tebal pekat, aktivitas kegempaan dan deformasi gunung tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Status gunung api aktif itu tetap normal (level I). "Itu dipicu oleh gempa tektonik yang terjadi pada pukul 22.00 tadi malam," kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta.
Dia menjelaskan, terjadinya embusan asap tebal itu hanya didominasi abu. Warna kehitaman asap itu merupakan abu yang terdorong oleh gas vulkanik. Adanya embusan itu disebabkan proses gas release atau pelepasan gas dari gunung itu. Saat terjadi embusan itu, arah angin cenderung ke arah Timur Laut-Tenggara. Akan tetapi, di timur gunung pun juga terjadi hujan abu tipis.
Embusan asap tebal ini, kata Subandriyo, belum bisa disebut erupsi freatik. Dalam pengamatannya, tidak ada pengaruh air yang menumpuk di kawah gunung yang bisa memicu embusan, melainkan dipicu adanya gempa tektonik. Namun, ia belum melokalisir di mana gempa tektonik itu terjadi.
Masyarakat di sekitar gunung diimbau menggunakan masker untuk antisipasi adanya hujan abu supaya tidak terhirup langsung. "Status gunung masih normal karena tidak ada peningkatan aktivitas yang mengarah ke erupsi," kata dia.
Suranto, salah satu relawan di lereng Merapi di Cangkringan menyatakan, usai ada embusan, hujan abu tipis terjadi di sisi tenggara gunung. Namun hujan abu hanya terjadi beberapa saat. "Sudah landai," kata dia.