Sungai Serayu Diduga Tercemar Getah Albasia  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 5 Februari 2014 18:41 WIB

Seorang warga meletakkan jaring dikepalanya saat mengikuti Pesta Parak Iwak di Sungai Serayu Banjarnegara, (27/8). Pesta mencari ikan secara massal ini diikuti oleh ribuan warga sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME. Tempo/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Purwokerto - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah menduga penyebab matinya ribuan ekor ikan di Sungai Serayu akibat getah albasia dari industri pengolahan kayu. “Temuan ini masih butuh uji laboratorium, ini baru parameter lapangan,” kata Kepala Seksi Pengujian dan Analisis Udara Geologi dan Tanah BLH Jawa Tengah Slamet Widodo, Rabu, 5 Februari 2014.

Ia mengatakan di Bendung Gerak Serayu ditemukan banyak potongan kayu albasia olahan. “Kayu itu masih mengandung getah yang sangat tinggi,” ujarnya. Menurut dia, contoh air dan ikan yang mati sudah dibawa ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Contoh air diambil di lima titik berbeda.

Darsito, 40 tahun, warga Rawalo Banyumas, mengatakan bahwa saat ribuan ikan mati pada Minggu lalu, selain mengambil ikan ia juga mengambil sejumlah kayu yang terbawa arus. “Panjang kayu sekitar 1,2 meter,” katanya.

Kepala Unit Bendung Gerak Serayu Toto Raharjo mengatakan matinya ribuan ikan itu baru pertama kali ini terjadi. “Selama ini ikan di Serayu tidak mati, walaupun kondisi air bercampur lumpur,” katanya.

Anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah, Eddy Wahono, mengatakan bahwa pemantauan terhadap Sungai Serayu terus dilakukan setelah ditemukannya ikan mati. Ia mengatakan saat ini kondisi aliran Sungai Serayu sudah kembali normal dan sudah tidak ditemukan lagi ikan mati. "Kendati begitu, kami menunggu hasil dari BLH Jateng,” katanya.

Pegiat lingkungan dari Komunitas Peduli Gunung Slamet, Dhani Armanto, mengatakan di daerah aliran sungai memang ada sejumlah pabrik pengolahan kayu. “Mereka biasanya merendam kayu dalam jumlah banyak agar kulit kayu terkelupas,” katanya.

Air rendaman kayu tersebut, kata dia, pekat dan beracun. Indikasi ikan teracuni juga bisa dilihat dari cara ikan mengapung saat mati. “Jika ikan mengapung perutnya di atas, biasanya karena keracunan,” kata dia.



ARIS ANDRIANTO

Terpopuler

Rudi Menangkan Bhatoegana, Kawan SMA Ibas Komplain
Ruhut: Potong Leher Saya jika Ibas Korupsi!
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Ahok Curiga Ada Korupsi Miliaran di Sampah
Ahok Kaget Usul 200 Truk Sampah Tak Masuk DPRD
Gita Wirjawan Nyapres, Australia Terancam?
Kalla Buka Rahasia Jokowi di Depan Caleg KAHMI
Ada Mafia di Dinas Kebersihan, Ahok Audit Swasta
Nadella Datang, Bill Gates Pun Hengkang




Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

26 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

45 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya