Foto seekor singa saat akan berburu di padang rumput Afrika. Fotografer alam liar David Yarrow, telah berpergian demi mengumpulkan foto-foto alam liar dari seluruh penjuru dunia. Dailymail.co.uk/David Yarrow
TEMPO.CO, Surabaya - Direktur Operasional Kebun Binatang Surabaya, Liang Kaspe, mengatakan kematian dua satwa ini bukan sesuatu yang aneh. Kematian Michael dianggapnya karena tingkahnya yang aktif. "Singa masih muda dan sehat ya begitu (aktif). Bukan karena kesalahan alat, itu sudah standar internasional," kata Liang dihubungi Tempo, Rabu, 8 Januari 2014.
Menurut Liang, meski diketahui mati pukul 07.00 WIB, tapi Michael baru bisa diotopsi pukul 14.00 WIB karena menunggu polisi. Dari hasil otopsi, dokter memperkirakan Michael tewas pada dinihari karena kehabisan nafas. Keeper baru mengetahuinya pagi hari ketika memeriksa kandang.
Kejadian yang menimpa Michael ini dipastikan Liang tidak akan terulang lagi. Namun, ia sendiri tidak bisa mengatakan langkah antisipasi pihak KBS untuk mencegah kejadian serupa. "Pokoknya enggak akan terulang lagi," katanya.
Mengawali pekan ini, Kebun Binatang Surabaya kembali menjadi sorotan. Kebun binatang tertua di Indonesia itu kehilangan dua koleksi satwa, yakni seekor gnu atau wilddebeest dan singa.
"Dalam dua hari kemarin, dua satwa KBS mati, ada gnu dan singa," kata humas KBS Agus Supangkat.
Selasa, 7 Januari 2014, seekor singa jantan bernama Michael mati di kandang tidurnya karena terlilit kawat. Menurut Agus, kawat seling berbahan tembaga berdiameter 3 sentimeter tersebut berfungsi sebagai penarik pintu kandang. "Dia terlilit kawat dan posisinya menggantung," kata Agus.
Michael yang merupakan satwa titipan Badan Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Timur ini baru berusia 1,5 tahun. Ia didatangkan ke KBS pada 28 Maret 2013.