TEMPO Interaktif, Sukoharjo: Sekitar 300-an buruh di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana kenaikan BBM, Kamis (16/12). Menurut mereka rencana kenaikan BBM hingga 40 persen akan semakin memberatkan beban hidup mereka. Para buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN) Sukoharjo, menggelar aksinya di halaman kantor DPRD setempat. Sambil berorasi secara bergantian, pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk panjang yang berisi tanda tangan para buruh berisi penolakan kenaikan BBM itu. Selain diserahkan kepada DPRD Sukoharjo, spanduk penolakan rencana kenaikan BBM itu juga akan diserahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta dengan mengirim perwakilan dari SPN. Dalam pernyataan sikapnya, SPN Sukoharjo, rencana kenaikan BBM per Januari 2005 tersebut jelas sekali hanya akan memberatkan dan merugikan rakyat kecil seperti kalangan buruh. ?Sekarang saja, saat kenaikan BBM baru diumumkan, barang-barang kebutuhan pokok sudah mulai naik. Apalagi kalau sampai benar-benar dinaikkan. Sudah pasti semua kebutuhan sehari-hari akan naik, yang berat kaum kecil seperti kami ini juga. Apalagi naiknya sampai 40 persen,? teriak Sumarno, Ketua SPN Sukoharjo yang juga buruh pabrik PT Sukoharjo Tex saat berorasi. Terlebih lagi, lanjut sumarno, kenaikan BBM sebesar 40 persen sangat tidak seimbang dengan kenaikan upah minimum regional (UMT). ?Kenaikan UMR tahun 2005 Cuma 5,2 persen, sementara kenaikan barang-barang kebutuhan pokok mengikuti kenaikan BBM. Ini jelas tidak akan cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup kami,? katanya. Dalam pernyataan sikapnya, SPN Sukoharjo menyebut kenaikan BBM itu menunjukkan pemerintah sudah tidak berpihak kepada rakyat kecil. Kebijakan itu hanya akan semakin menyengsarakan kaum pekerja dan kaum kecil lainnya karena kenaikan harga-harga lain menjadi naik. Kehidupan kaum buruh akan semakin merosot dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup layak.Kekhawatiran lain jika BBM dinaikkan, akan makin banyak pabrik yang bangkrut. Bagi perusahaan, kebijakan kenaikan BBM makin menambah beban biaya produksi ditengah belum membaiknya kondisi perekonomian nasioal. Kondisi itu makin menyulitkan perusahaan untuk berkompetensi dalam persaingan global yang dampak akhirnya bepengaruh terhadap kesejahteraan buruh. Data yang disampaikan SPN menyebutkan, saat ini di Sukoharjo yang merupakan salah satu sentra industri tekstil sudah banyak pabrik yang mulai kolaps sehingga harus mem-PHK karyawannya. Hal itu diakibatkan karena ongkos produksi yang tinggi dan tidak diimbangi dengan kenaikan omzet.?JIka kenaikan itu benar-benar direalisasikan, dikhawatirkan akan banyak pabrik yang bangkrut. Kalau sampai BBM naik, maka dipastikan akan makin banyak pabrik yang bangkrut. Yang kena imbasnya kaum buruh lagi,? tandas Sumarno, mewakili teman-teman buruh lainnya. Anas Syahirul?Tempo