Babi Hutan Mengganas di Lereng Gunung Slamet

Reporter

Rabu, 25 September 2013 23:45 WIB

Seekor bayi Babi Liar bersama induknya di Ngorongoro Crater, Tanzania, Afrika Timur, pada akhir Januari 2013. abcnews.go.com

TEMPO.CO, Purwokerto - Menurunnya kualitas hutan, membuat ratusan babi hutan turun gunung dan merusak tanaman milik petani.


Di puncak musim kemarau ini, babi hutan merangsek permukiman penduduk di lereng selatan Gunung Slamet. “Tanaman saya ludes dimakan babi dan monyet,” kata Hartono, 60 tahun, petani Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Rabu, 25 September 2013.


Dia mengatakan, serangan babi hutan terjadi sejak lima bulan lalu. Mereka memakan tanaman milik petani, seperti singkong, jagung, dan pisang. Serangan itu yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.


Serangan hewan liar itu juga terjadi di Desa Pekuncen Banyumas. “Seharinya, serangan datang dua kali, sekitar jam 10.00 dan 15.00,” kata Widhi Prihatno, Kepala Dusun II Desa Pekuncen.


Warga desa, tidak dapat berbuat banyak. Apalagi kalau babi hutan itu datang bergerombol antara 3-6 ekor. “Kami sudah melapor ke kecamatan dan ke Perbakin, supaya ada tindakan penembakan,” kata dia.


Advertising
Advertising

Ketua Substasiun Percobaan Fakultas Pertanian Unsoed, Sufiriyanto, mengatakan serangan babi hutan merupakan siklus alami. “Babi hutan yang turun mencari makanan di sekitar permukiman warga akibat dari kerusakan ekosistem hutan.,” katanya.


Menurut dia, ketika persediaan makanan di hutan sudah habis, otomatis babi hutan mencari makan ke permukiman yang terdekat. Di sisi lain, kata dia, faktor cuaca yang tidak menentu dan air tanah yang cepat hilang mengakibatkan persediaan makanan menipis.


Aktivitas babi hutan mencari makan semakin meningkat, saat babi betina sedang hamil, Agustus-November. Secara naluri, kawanan hewan itu mencari persediaan bagi anak babi yang akan lahir, setelah usia kehamilannya mencapai 16,5 minggu. Jika dalam masa itu tidak ada persediaan makanan di hutan, kawanan babi ini akan mencari makanan meski jauh meninggalkan sarangnya.


Sufiriyanto memprediksikan, serangan koloni babi tersebut akan mereda saat musim hujan tiba. Sebab, kata dia, bahan makanan hewan bernama latin Bos javanicus itu, mudah dicari di dalam hutan.

ARIS ANDRIANTO

Berita terkait

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

6 jam lalu

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

Cuc Phuong di Veitnam merupakan taman nasional tertua dan terbesar di Vietnam, banyak hal yang ditawarkan kepada wisatawan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

5 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

6 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

7 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

7 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

7 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

7 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

7 hari lalu

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

Riau menjadi provinsi dengan kebun sawit bermasalah paling luas di Indonesia. Berdasarkan catatan Greenpeace sekitar 1.231.614 hektare kebun kelapa sawit di Riau berada di kawasan hutan. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang diduga melakukan perambahan kawasan hutan adalah PT Palma Satu, anak perusahaan Darmex Group.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

7 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

39 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya