TEMPO.CO, Yogyakarta - Sekelompok pemusik muda di Yogyakarta mendirikan Sekolah Musik Alam (Sulam), Senin 9 September 2013. Beralamat kantor di bilangan Panembangan Kecamatan Kraton, kelas sekolah ini berpindah-pindah lokasi. Dari bangunan cagar budaya, semisal Pojok Benteng Wetan, hingga pasar seni dan kerajinan Yogyakarta.
Kepala sekolah Feri Ludiyanto mengatakan sekolah musik ini tak mengenalkan muridnya pada satu jenis alat musik konvensional. Sebaliknya, sekolah ini mengajarkan hakekat bunyi-bunyian yang membentuk musik itu sendiri. Yakni gesek, petik, tiup, pukul, dan vokal.
Inspirasi bunyi-bunyian itu bisa datang dari mana saja. Misalnya irama yang dihasilkan dari percikan air, atau gesekan gergaji yang berderit. “Kalau sudah ketemu hakekat musiknya, bisa jadi mereka akan membuat alatnya sendiri,” kata dia di sela peluncuran sekolah di Pojok Benteng Wetan Senin sore 9 September 2013.
Pendidikan di sekolah ini berlangsung sepanjang satu semester. Pengajar yang disebut fasilitator terdiri dari pemusik profesional di bidangnya. Mereka dikoordinatori oleh Ucok dari kelompok Sirkus Barock. Saat ini, sebanyak 25 orang telah mendaftar sebagai siswanya. “Bulan ini juga sekolahnya dimulai,” kata Feri yang lebih senang disebut sebagai tukang kebun itu.
Menurut dia, melalaui program gueststar yang digelar dua bulan sekali, siswa dikenalkan pada ragam musikalitas yang berkembang di masyarakat. Program ini tak sekadar mempekenalkan siswa pada alat musik, tapi juga cara bermasyarakat. Misalnya, cara pengembala ternak memainkan serulingnya. “Bisa jadi mereka yang kita undang atau kami yang mendatangi mereka,” kata dia.
Siswa bisa berasal dari kalangan apapun, dari usia 6 hingga 60 tahun. Tiap siswa dipungut biaya Rp 100 ribu per bulan. Peserta lain boleh bergabung dalam pertemuan dengan biaya Rp 30 ribu. “Pertemuannya empat kali sebulan,” kata Feri.
Pemusik Sawung Jabo menilai konsep sekolah ini unik. Menurut dia, pendiri sekolah musik itu punya konsep bermusik yang berbeda. “Bunyi adalah pengetahuan dasar tentang musik,” katanya. Saat ini, musik berkembang sangat luas. Pengelompokan hanya untuk mempermudah genre saja.