Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) bersama Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, saat memberikan keterangan kepada wartawan usai menandatangani nota kesepahaman terkait hibah 4 pesawat Hercules dari Australia di Gedung Kementrian Pertahanan (Kemhan), Jakarta (19/07). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia diuntungkan dengan hibah empat unit pesawat Hercules jenis C-130 dari Australia. Keuntungan utama adalah dari segi ekonomi.
Dengan biaya sebesar AUS$ 63 juta, Indonesia sudah bisa mendapatkan empat buah pesawat. "Kalau di rata-rata per unit kita hanya mengeluarkan sebesar AUS$ 15 juta, padahal harga pesawat tersebut berkisar sekitar AUS$ 75 juta," kata Purnomo, Jumat, 19 Juli 2013.
Dari segi teknis, ia melanjutkan, keempat pesawat itu bisa digunakan untuk menambah jumlah pesawat jenis serupa. "Kebutuhan pesawat Hercules saat ini tidak hanya untuk pertahanan tapi juga untuk operasi bencana."
Selain itu, jika ditinjau dari segi kecanggihan, Purnomo mengatakan walaupun bekas namun lebih canggih dari pesawat jenis serupa yang dimiliki Indonesia. "Ini pesawat menggunakan sistem digital, pesawat kita belum ada."
Disinggung mengenai kelayakan terbang, Head of QDS Glen Brown mengatakan bahwa pesawat tersebut masih cukup laik terbang. "Kelayakan terbangnya masih sekitar 600 jam per tahun," kata Glenn.
Glenn mengatakan sisa usia produktif pesawat itu masih cukup lama yaitu sekitar 30 tahun. "Jadi masih bisa digunakan sekitar 18.000 jam terbang".
Hari ini, pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Duta Besar Austrtalia Greg Moriarty menandatangani perjanjian hibah empat buah pesawat Hercules tipe C-130. Selain itu kedua belah pihak masih merundingkan rencana pembelian lima pesawat jenis serupa di masa depan.