Walikota Surabaya Tri Rismaharini. TEMPO/ Ika Ningtyas
TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dijadwalkan memberikan pemaparan tentang penanganan masalah HIV/AIDS di Kota Surabaya dalam pertemuan Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Hotel JW Marriot, Sabtu, 13 April 2013.
Kepala Bagian Kerja Sama Pemerintah Kota Surabaya, Ifron Hadi S, mengatakan masalah HIV/AIDS serta penanganannya menjadi salah satu topik bahasan dalam pertemuan APEC 2013 di Surabaya dengan tema "Health Working Group Policy dan Dialogue on Getting to Zero HIV/AIDS". "Kota Surabaya dipilih menjadi obyek studi kasusnya,” katanya kepada Tempo, Jumat, 12 April 2013.
Ifron menjelaskan, Kota Surabaya dipilih sebagai obyek studi dalam pertemuan APEC yang dihadiri delegasi dari 21 negara karena berbagai pertimbangan. Yang paling utama karena di Kota Surabaya terdapat lokalisasi yang pernah menjadi yang terbesar di Asia. "Surabaya dianggap memiliki potensi besar penderita HIV/AIDS dari sisi jumlah,” ujarnya.
Selain sebagai tuan rumah APEC, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Selain itu, sebagai Kota Metropolitan, Surabaya dihuni oleh warga dengan beragam latar belakang.
Menurut Ifron, upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani masalah HIV/AIDS bisa dijadikan referensi oleh negara lain. "Nanti ada sharing pengalaman dari negara-negara peserta. Tentunya masih ada kelemahannya, kendati tidak sedikit juga kelebihannya." Ucap Ifron.
Ifron mengakui masalah HIV/AIDS di Kota Surabaya tak ubahnya fenomena gunung es. Namun, Pemerintah Kota Surabaya sudah bekerja keras mengatasinya dengan berbagai treatment. Di antaranya terus melakukan sosialisasi agar para pekerja seks komersial (PSK) maupun mucikari beralih ke profesi lain yang lebih terhormat dan tetap memberikan penghasilan.
Berdasarkan data yang diperoleh Tempo, jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Surabaya sebanyak 5.575 orang yang tersebar di seluruh penjuru kota. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di Provinsi Jawa Timur.