TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivitas kegempaan di Gunung Merapi cenderung meningkat. Dari 26-30 Desember 2012, jumlah guguran lava yang terekam seismograf di posko Kaliurang ada 60 kali guguran. Dalam sepekan sebelumnya hanya ada 31 guguran.
"Meskipun ada peningkatan aktivitas, belum ada tanda-tanda erupsi," kata Heru Suparwoko, salah satu petugas pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Rabu, 2 Januari 2012.
Data yang terekam pada seismograf menunjukkan gempa multiphase selama 26-30 Desember 2012 mencapai 39 kali. Dalam sepekan sebelumnya hanya tercatat 11 kali saja. Gempa tektonik terjadi sebanyak 21 kali, sebelumnya hanya terjadi 13 kali saja.
Catatan di posko pengamatan Gunung Merapi Kaliurang pada 1 Januari 2013 juga tercatat banyak guguran, gempa multiphase, dan gempa tektonik. Selain itu, juga terjadi embusan asap dari kawah Merapi. Embusan asap dari kawah itu terjadi akibat persenyawaan air hujan dengan panasnya kawah gunung.
Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, peningkatan guguran lava tersebut diakibatkan curah hujan tinggi yang mengguyur Merapi. Maka, guguran itu bukan dari kawah, tetapi di luarnya. "Aktivitas Merapi yang ada di dalam kawah, seperti kegempaan, merupakan proses hidrotermal kawah," kata dia.
Dia menjelaskan, proses hidrotermal kawah itu merupakan interaksi antara air hujan yang meresap ke dalam gunung. Oleh karena itu, terjadi perbedaan suhu antara air dan panas kawah Merapi. Itu pula yang menyebabkan terjadinya embusan awan yang mayoritas terdiri dari air.
"Status Merapi masih aktif normal," kata Subandriyo.
MUH SYAIFULLAH
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
13 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
16 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaLibur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan
19 hari lalu
Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.
Baca SelengkapnyaPasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran
35 hari lalu
Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.
Baca SelengkapnyaBanyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps
36 hari lalu
Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.
Baca SelengkapnyaAwan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini
45 hari lalu
Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
52 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
57 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan
4 Maret 2024
Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas
4 Maret 2024
Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.
Baca Selengkapnya