Tokoh dan warga suku Bali dan Lampung berfoto bersama usai meneken 10 kesepakatan damai di Balai Keratun, Lampung (4/11). TEMPO/Nurochman Arrazie
TEMPO.CO, Lampung Selatan - Pasca penandatanganan perjanjian damai, sejumlah tokoh Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan, mengunjungi para keluarga korban tewas dari pihak penduduk lokal. Mereka berharap kunjungan itu bisa mengurangi rasa dendam yang masih bercokol di antara kedua belah pihak.
"Secara tulus dari lubuk hati yang paling dalam kami menyampaikan permohonan maaf," kata tokoh agama Desa Balinuraga, Mangku Wayan Pande Gambar, di hadapan keluarga korban, Rabu, 7 November 2012.
Wayan Pande Gambar, bersama Ketua Persatuan Keluarga Bali Lampung I Made Pasti dan Wayan Sude, mendatangi satu per satu keluarga korban tewas. Mereka adalah keluarga Alwi di Desa Tajimalela; Yahya di Desa Way Urang; dan Marhadan di Desa Gunung Terang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Kunjungan mereka merupakan bentuk tindak lanjut penandatangan perdamaian pada Ahad, 4 November 2012.
Awalnya, pertemuan kedua belah pihak tampak kaku. Kekakuan itu teratasi setelah Wayan Pande Gambar memeluk satu per satu keluarga korban. Tangis haru kemudian pecah di ruangan rumah Robiyah--istri Marhadan yang tewas mengenaskan pada bentrokan yang berlangsung Ahad 28 Oktober lalu.
Kedatangan tiga tokoh etnis Bali itu didampingi fasilitator perdamaian yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, Syarifudin Husin. Setelah menyampaikan permohonan maaf, rombongan itu memberikan santunan kepada para keluarga korban. "Jumlahnya tidak seberapa, tapi izinkan kami menyampaikan awal niat baik untuk hidup berdampingan, damai, dan harmonis," katanya.
Adapun Robiyah, istri korban, mengaku telah ikhlas atas kematian suaminya dalam bentrokan berdarah itu. Dia menganggap kematian suaminya merupakan bagian dari takdir Tuhan yang harus dijalani.
"Tapi, saya berharap pemerintah memperhatikan nasib kami. Saya benar-benar kesulitan membesarkan ketiga anak saya sepeninggal suami karena dia merupakan tulang punggung keluarga," kata perempuan yang sehari-hari membantu suaminya di ladang itu.
Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan, saat ini proses perdamaian yang menyentuh semua lapisan tengah dipersiapkan. Dia berharap warga Lampung Selatan bisa bersatu untuk melawan para provokator yang saat ini masih berkeliaran.
"Masih ada orang yang menolak perjanjian damai yang diteken beberapa waktu lalu. Entah apa maunya. Padahal masyarakat di lapisan bawah sudah mulai bergerak menuju perdamaian," kata Sjachroedin.