Gagasan Indeks Kebahagiaan Sudah Lama Muncul

Reporter

Editor

Zed abidien

Sabtu, 27 Oktober 2012 17:23 WIB

Seorang lansia tersenyum sambil menggulung jala yang telah ditarik ke bibir pantai Batu Karas, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Rabu (29/6). Usai digulung, Jala akan kembali dinaikan ke perahu dan ditebar di lokasi yang berbeda. TEMPO/ Nita Dian

TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti ilmu politik senior UGM, Mochtar Masoed, mengatakan Indonesia sudah waktunya untuk merumuskan indeks kebahagiaan guna meneliti lebih dalam efek pembangunan ke masyarakat. Kata dia, indikator pembangunan semestinya tak hanya berasal dari data-data fakta material, melainkan harus pula menyentuh aspek nonmaterial.

"Kita sudah punya indeks korupsi dan demokrasi, sekarang saatnya indeks kebahagaian untuk memberi ukuran keberhasilan pembangunan dari segi yang tak kasatmata," ujar Mochtar Masoed, di Yogyakarta, Sabtu, 27 Oktober 2012.

Mochtar mengatakan, gagasan membuat indeks kebahagiaan sudah lama muncul dalam kajian mengenai pembangunan, yang sudah banyak ditulis oleh berbagai peneliti sejak era tujuh puluhan. Misalnya, dia menyebutkan, pakar pembangunan Indonesia Sudjatmoko atau peneliti ekonomi asal India, Amartya Sen, telah lama memunculkan gagasan itu. "Tapi, sampai sekarang indeks seperti ini belum muncul secara resmi, baik di Indonesia maupun di tingkat dunia," kata dia.

Dia menyebut contoh indeks seperti ini bisa menjelaskan fenomena keberhasilan pembangunan di negara-negara maju yang tak hanya didasarkan pada aspek individu, melainkan kelompok. Misalnya, di Singapura yang memiliki data tingkat bunuh diri tinggi, riset mengenainya sudah didasarkan pada aspek komunitas.

"Komunitas Tionghoa adalah pelaku bunuh diri tertinggi, tapi komunitas Melayu paling rendah. Ini menjelaskan karakter budaya komunitas di negara itu, ada yang memelihara tradisi harapan dan target tinggi sekali, tapi juga ada yang rendah," kata dia.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, menambahkan, Indonesia memang perlu mempersiapkan pembuatan indeks kebahagaian ini, mengingat arus wacananya di dunia internasional terus menguat. Kata dia, indeks seperti ini bisa menjelaskan seberapa memadainya kemampuan masyarakat dalam mengakses berbagai fasilitas seperti permodalan, pekerjaan, ruang publik, dan kebebasan berekspresi.

"UNESCO juga sedang menyusun rancangan mengenai indeks kebahagiaan ini," ujar Wiendu saat berkunjung ke Yogyakarta, hari ini.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM


Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

30 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya