TEMPO.CO, Malang - Jumlah museum di Kota Malang bertambah setelah Museum Malang Tempo Doeloe (MTD) diresmikan. Peresmian museum milik Dwi Cahyono, Ketua Dewan Kesenian Malang yang juga Ketua Yayasan Inggil, ini dihadiri oleh sejumlah pejabat musyawarah pimpinan daerah, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur Aris Soviyani, Dewan Pakar Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Eka Budianta, pengusaha biro perjalanan dan pimpinan maskapai, serta para seniman.
Dwi mengatakan, pendirian museum ini sudah dirintisnya sejak 1996. Namun, gagasan besar ini beberapa kali gagal. Beberapa pihak yang diajak bermitra mundur, sampai akhirnya ia sendiri yang membiayai seluruh pengerjaan museum itu mulai Maret 2012. Sedikitnya ia merogoh kocek Rp 1,5 miliar.
“Alhamdulillah, baru tahun ini bisa terwujud," kata Dwi, Senin petang, 22 Oktober 2012. Menurut dia, museum ini juga menjadi kado istimewa bagi ulang tahun pernikahan emas (50 tahun) orang tuanya. Dwi adalah putra pasangan H Abdul Madjid dan Hj Nur Sriati. Ibunda Dwi adalah pemilik restoran Rawon Nguling, Probolinggo.
Museum MTD beralamat di Jalan Gajah Mada 2, persis di belakang balai kota dan bersebelahan dengan Rumah Makan Inggil, restoran berkonsep museum kepunyaan Dwi. Dibuka tiap hari sepanjang pukul 08.00 sampai 17.00, pengunjung umum dikenai tiket masuk Rp 25 ribu, dan Rp 10 ribu bagi pelajar.
Ia mengawali penyelamatan 72 arca yang tercecer di Kota Malang mulai 1996. Arca-arca ini berumur 500 sampai 600 tahun. Pada 1997, ia merancang museum Malang 1.000 tahun. Gagal juga. Lalu, pada 1999 dan 2011, dijalin kerja sama dengan Pusat Perbelanjaan Sarinah. Sempat dibuat 18 ruang, tapi gagal lagi.
Atas seizin pemerintah daerah setempat selaku pemilik, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang itu merenovasi sebuah rumah kuno seluas 1.000 meter persegi, yang lama terbengkalai, menjadi museum dengan 20 ruang pamer. Kegiatan renovasi dimulai Maret lalu.
Setiap ruang punya tema kesejarahan wilayah Malang. Ruang-ruang itu mencakup tema prasejarah, penggalian data arkeologi, Kerajaan Kanjuruhan, Mataram kuno, Kerajaan Singasari, pertapaan Ken Arok, Kerajaan Majapahit, dan benteng Malang (kini Rumah Sakit Umum Daerah dr Sjaiful Anwar). Juga ada lorong sejarah berisi foto-foto zaman dulu, galeri wali kota dan Bupati Malang, pendapa Kabupaten Malang, masa pendudukan Jepang, kongres Komite Nasional Indonesia Pusat di Gedung Rakjat (kini pusat perbelanjaan Sarinah) pada 25 Februari sampai 5 Maret 1947, Malang dibumihanguskan pejuang pada 8 Maret 1949, serta peresmian Alun-alun Tugu oleh Presiden Soekarno.
Para pengunjung diperbolehkan berpose atau berfoto bersama barang-barang koleksi itu sehingga terkesan lebih ramah. Penataan yang lebih “gaul” dan “muda” menghilangkan kesan angker, yang biasanya melekat pada museum.
Tak hanya barang pajangan, museum juga dilengkapi tempat pemutaran film dokudrama tentang sejarah Malang di ruang kaleidoskop. Barang koleksi terlindung kaca, disusun atau diletakkan sesuai diorama perjalanan sejarah atau perjalanan waktu yang memudahkan semua pengunjung memahami sejarah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu).
“Kami memang membangun museum sesuai urutan sejarah Malang dengan new concept modern lived museum,” kata Dwi. Konsep baru ini yang membedakan Museum MTD dengan museum pribadi lainnya. Ia berharap MTD bisa menjadi media pendidikan bagi generasi muda.
ABDI PURMONO
Terpopuler:
Rekayasa Kasus Novel Kian Jelas
Anak Indonesia Bikin Kagum Alex Ferguson
Jack Brown, Anak Indonesia Terhebat di Akademi MU
Jokowi: Obligasi Apa Sih? Wong Duit Banyak
Ruki Diminta Buka Mulut Soal Intervensi Hambalang
Berita terkait
Sokong Pertumbuhan Industri Kreatif, Ini Strategi Kemenparekraf
20 November 2019
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan tiga strategi untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif.
Baca SelengkapnyaWishnutama Janji Cegah Konflik Kepentingan Hary Tanoe di Tender
7 November 2019
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama berjanji akan mencegah terjadinya konflik kepentingan dalam tender di kementeriannya.
Baca SelengkapnyaBegini Gaya Pidato ala Bos Media Wishnutama Setelah Jadi Menteri
23 Oktober 2019
Di awal pidatonya, Wishnutama mendapat sambutan meriah dari tamu karena berkali-kali melontarkan guyonan yang mengundang tawa.
Baca SelengkapnyaJadi Menparekraf, Wishnutama Tanggung Sederet Pekerjaan Rumah
23 Oktober 2019
Sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama bakal menanggung sederet pekerjaan rumah yang mesti dikelarkan dalam lima tahun.
Baca SelengkapnyaKementerian Pariwisata: Sumbar Melimpah Potensi Wisata Halal
14 Februari 2019
Kementerian Pariwisata berupaya mengejar target peringkat tertinggi wisata halal untuk Indonesia pada 2019.
Baca SelengkapnyaPromosi Wisata Indonesia di Estonia Lewat Kopi, Yoga, dan Sasando
10 Februari 2019
Pengunjung Tourest Travel Trade Fair 2019 antusias menikmati pertunjukan seni sebagai bagian dari promosi wisata di Paviliun Wonderful Indonesia.
Baca Selengkapnya2019, Kemenpar Targetkan Datangkan 4 Juta Wisman dari Perbatasan
1 Februari 2019
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan mampu mendatangkan 4 juta wisatawan mancanegara (wisman)
Baca SelengkapnyaMau Promosi Wisata, Harus Tahu Tren Pariwisata Berkelanjutan 3P
30 Januari 2019
Valerina Daniel mengatakan pembangunan pariwisata berkelanjutan kini menjadi tren dalam setiap promosi wisata.
Baca SelengkapnyaSabang Punya Bandara, Potensi Wisata di 4 Titik Bakal Terdongkrak
20 Januari 2019
Saat ini Sabang memiliki Bandara Maimun Saleh. Ini merupakan fasilitas militer TNI Angkatan Laut dan hanya disinggahi tiga maskapai penerbangan.
Baca SelengkapnyaFestival Lembah Ijen Awali Atraksi 2019 di Banyuwangi
13 Januari 2019
Festival Lembah Ijen dipusatkan di Taman Gandrung Terakota Banyuwangi dengan sajian utama Sendratari Meras Gandrung.
Baca Selengkapnya