Pemadaman Gunung Slamet Andalkan Pawang Hujan  

Reporter

Editor

Zed abidien

Selasa, 28 Agustus 2012 16:05 WIB

Kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Purwokerto - Hingga tiga hari sejak terjadinya kebakaran hutan lindung lereng Gunung Slamet, Purbalingga, Jawa Tengah, api masih sulit untuk dijinakkan. Kebakaran terus meluas karena angin cukup kencang dari atas puncak gunung menuju lembah.

"Untuk memadamkan memang cukup sulit karena angin kencang, kami hanya bisa melakukan upaya melokalisasi api," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Purbalingga, Priyo Satmoko, Selasa, 28 Agustus 2012.

Priyo mengatakan, pihaknya akan menggunakan jasa pawang hujan agar kebakaran bisa padam. Menurutnya, hanya air hujanlah yang bisa memadamkan api. Ia mengatakan, Ahad malam lalu, 26 Agustus, sempat turun hujan. Namun hujan turun belum cukup besar sehingga bara api tidak padam.

Ia menambahkan, kebakaran kembali meluas jika angin terus berhembus kencang. Dengan bantuan pawang hujan, diharapkan hujan segera turun dan bisa membantu pemadaman api.

Ia menyebutkan, saat ini pihaknya belum bisa melakukan hujan buatan. Selain biayanya yang mahal, teknologi tersebut hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu di pemerintahan pusat.

Dari pantauan Tempo, mendung cukup pekat sudah terjadi sejak Senin sore kemarin. Hingga sore tadi, mendung masih tergantung di langit dan tidak segera berubah menjadi hujan. Padahal, di sebagian wilayah Purbalingga, hujan cukup lebat sudah turun sejak siang. Kebakaran juga masih terjadi di wilayah Pemalang. Siang tadi, kobaran api bahkan terlihat hingga setengah badan gunung dengan ketinggian 3.428 mdpl itu.

Masih menurut Priyo, Tim gabungan saat ini masih melakukan kegiatan melokalisasi kebakaran. Pagi tadi, dikerahkan sekitar 78 orang untuk membuat parit agar api tidak semakin meluas. Sedangkan siang harinya, 48 orang kembali diterjunkan untuk membantu tim pertama yang berangkat.

Analis cuaca Stasiun Meteorologi dan Geofisika Cilacap, Mas Pujiono, mengatakan dalam tiga hari ke depan akan turun hujan di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. "Tapi musim kemarau belum berakhir meskipun ada hujan," katanya.

Ia mengatakan, musim penghujan diperkirakan akan jatuh pada pertengahan bulan depan. "Pengaruh siklon tropis membuat kemarau agak mundur dari perkiraan," katanya.

ARIS ANDRIANTO

Berita terpopuler lainnya:
Mantan Gubernur Ini Akhirnya Nikahi Selingkuhannya
''Baju Kotak'' Jokowi Dijual di Mobil-mobil

Tomy Winata: Konflik Paulus Bukan dengan Andi

Bercinta dengan Pasien, Perawat Ini Diskors

Tommy Winata: Saya Menengahi, Paulus Ajak Damai

Tewas Saat Berfoto dengan Gaun Pengantin

Survei: Wanita Malaysia Paling Tak Setia

Suami Diam-diam Jadi Donor Sperma, Istri Menggugat

Jokowi ''Punya'' Esemka,Gubernur Jabar Tak Mau Kalah

Awal September, Jakarta Punya Wi-Fi Gratis

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

12 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

20 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

45 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

49 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

50 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

50 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

50 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

51 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

55 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya