TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin, Mira Ikawati mengatakan, cairan pederin yang dikeluarkan kumbang Tomcat tidak membahayakan manusia. Racun kumbang kelana ini hanya membuat iritasi kulit, sehingga mengakibatkan melepuh. Namun, efeknya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
“Efek pederin Tomcat tidak membahayakan bagi manusia. Hanya membuat iritasi pada kulit,” kata Mira dalam Diskusi Ilmiah Tomcat di Kampus Institut Pertanian Bogor, Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Jum’at, 30 Maret 2012.
Menurut dia, penanganan korban Tomcat tidak harus dirawat di rumah sakit. Sebab, bisa sembuh dengan sendiri antara 10-12 hari. Kulit yang terkena cairan pederin tidak meimbulkan bekas pada kulit. “Kulit akan kembali normal dan tidak berbekas.”
Sementara itu, Pakar serangga IPB, Purnama Hidayat mengemukakan, masyarakat tidak perlu resah terkait serangan Tomcat yang terjadi di berbagai daerah. Kumbang jelajah ini tidak berbahaya dan keberadaannya menguntungkan para petani. Untuk itu, para peneliti IPB mengaku khawatir adanya pembasmian Tomcat dengan pestisida oleh para petani.
“Memusnahkan Tomcat denga menggunakan cairan pestisida mengakibatkan populasinya berkurang. Padahal, keberadaan Tomcat sudah ada di Indonesia dan tidak menjalar ke setiap daerah,” jelasnya.
Purnama sudah mempraktekkan manfaat serangga spsies paedarus fuscipes ini ke tanaman padi untuk memakan wereng coklat. Bahkan, dia juga membuktikan bahwa Tomcat tidak berbahaya dengan menempelkan serangga ini di atas tangannya.
ARIHTA U SURBAKTI
Berita terkait
Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes
4 Juli 2023
buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit
Baca SelengkapnyaPunya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut
8 Februari 2021
Punya hewan peliharaan memang menghibur. Tapi awas, mereka juga bisa menularkan penyakit kepada pemiliknya.
Baca SelengkapnyaBanjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut
8 Februari 2021
Banjir selalu menyisakan berbagai masalah, bukan hanya kotoran dan lumpur tapi juga beragam penyakit akibat virus dan jamur.
Baca SelengkapnyaMengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina
7 Februari 2021
Rektor Paramadina, Firmanzah, wafat karena vertigo. Penyakit ini banyak dialami orang tapi kurang dipahami bahayanya.
Baca SelengkapnyaCegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif
7 Februari 2021
Dokter mengatakan membangkitkan rasa gembira dan bahagia merupakan cara efektif serta mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke.
Baca SelengkapnyaHindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran
6 Februari 2021
Dokter menjelaskan penyebab penyakit kanker dan faktor pemicu yang sebenarnya bisa dihindari, termasuk memilih gaya hidup sehat.
Baca SelengkapnyaPentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara
2 Februari 2021
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di tengah masyarakat dan lini terdepan pelayanan kesehatan pun harus paham deteksi dini kanker payudara.
Baca SelengkapnyaSering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara
2 Februari 2021
Pakar mengingatkan perlunya mengenali gejala kanker payudara lebih dini untuk menurunkan risiko keparahan penyakit dan mempercepat penyembuhan.
Baca Selengkapnya5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai
25 Januari 2021
Indonesia mengalami kenaikan jumlah prevalensi penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit apa saja itu?
Baca SelengkapnyaRadang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya
24 Januari 2021
Jangan samakan GERD dengan radang usus kronis atau IBD meski sama-sama menyerang lambung. Simak penjelasan pakar berikut.
Baca Selengkapnya