TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Kepolisian RI menegaskan bahwa prosedur yang dilakukan Polri pada saat Kongres Papua sudah sesuai standar pengamanan. "Semua yang dilakukan berdasarkan standar terhadap pelanggaran yang mereka lakukan, terutama tindak makar," kata Kepala Polisi Timur Pradopo seusai upacara penerimaan tim FPU III di Lapangan Baharkam, Markas Besar Polri, Senin, 7 November 2011.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebelumnya mengumumkan sejumlah pelanggaran HAM yang dilakukan Polri saat menangani Kongres Papua. Berdasarkan keterangan para saksi kepada Komnas, dua jam setelah kongres resmi berakhir, terdengar rentetan tembakan yang membuat peserta yang masih berada di arena Kongres berlari kocar-kacir.
Tiga orang tewas akibat peristiwa ini, yaitu Demianus Daniel Kadepa, Yakobus Samonsbara, dan Max Asa Yeuw. Demianus tewas akibat benturan keras di kepala bagian belakang. Sementara itu, Yakobus tewas dengan luka-luka di leher, kepala, wajah, dan mata tercungkil. Lalu Max tertembak dari arah pantat ke arah rusuk.
Serbuan itu juga melukai seorang ibu rumah tangga. Pada awalnya aparat kepolisian menahan sekitar 100 orang yang kemudian hanya menahan enam orang dengan tuduhan makar. Berdasarkan laporan kepada Komnas, orang-orang yang ditangkap mengalami kekerasan fisik yang merendahkan martabat manusia pada saat pemeriksaan.
Pradopo menyatakan, semua tindakan yang dilakukan Polri di Kongres merupakan langkah-langkah hukum. Prosedur tersebut sesuai dengan ancaman yang dibawa tersangka, yaitu tindakan makar. "Itu bisa dipertanggungjawabkan secara hukum juga," kata Pradopo.
Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Sutarman menyatakan, setiap pihak dapat memberikan temuannya mengenai pelanggaran HAM kepada Polri. Temuan-temuan ini, menurut Sutarman, akan dikoordinasikan dengan Polda Papua untuk mengungkap kebenarannya. "Jadi, kita tidak akan pernah menutup-nutupi tindakan apapun yang kita lakukan," kata Sutarman.
Sutarman menyatakan, tindakan yang dilakukan personil Polri di Papua adalah prosedur untuk menghadapi orang yang ingin mendirikan negara. Sehingga, Polri menghadapinya dengan tindakan-tindakan dengan tujuan mempertahankan NKRI. "Kita harus nilai semuanya," katanya.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya