TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas mengakui penyelidikan kasus pengadaan laboratorium penelitian di lima universitas terkait dengan Badan Anggaran DPR. Busyro mengatakan pemeriksaan anggota Komisi Olahraga DPR Wayan Koster pada Rabu (2 November 2011) kemarin tak lepas dari perannya di alat kelengkapan Dewan tersebut.
"Memang tidak bisa dipisahkan," kata Busyro di Jakarta pada Kamis, 3 November.
Busyro menolak membeberkan peran Wayan Koster dalam proyek itu. Ia beralasan belum mendapatkan laporan hasil penyelidikan dari timnya. "Saya belum dapat laporan," kata dia.
KPK mengembangkan penyidikan kasus suap wisma atlet SEA Games, Palembang, ke kasus alat-alat laboratorium lima universitas negeri pada tahun 2009-2010. Kelimanya adalah Universitas Ageng Tirtayasa di Banten, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Sriwijaya di Palembang, serta Universitas Jenderal Soedirmandi Purwokerto.
Proyek Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) itu diduga melibatkan perusahaan Muhammad Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, yang juga tersangka kasus suap wisma atlet.
Dalam pemeriksaan kemarin, Wayan mengakui dirinya dimintai keterangan mengenai kebijakan anggaran untuk universitas tersebut.
Busyro menegaskan, pengembangan kasus ini tak lepas dari peran Nazaruddin dalam sejumlah proyek pemerintah. Pengembangannya diperkuat oleh pernyataan Nazar yang menyebut keterlibatan koleganya di Senayan.
"Dia menyebut-nyebut sejumlah nama termasuk anggota DPR yang sebagian merangkap anggota atau pimpinan Banggar," ujar dia.
Oleh sebab itu, kata Busyro, KPK melakukan klarifikasi terhadap pernyataan Nazar dan para saksi. "Apa benar atau tidak statement itu."
TRI SUHARMAN
Berita terkait
Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan
11 jam lalu
Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah
Baca SelengkapnyaDugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti
13 jam lalu
Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.
Baca SelengkapnyaAlexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan
21 jam lalu
Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.
Baca SelengkapnyaIM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik
1 hari lalu
Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.
Baca SelengkapnyaKPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?
1 hari lalu
Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.
Baca SelengkapnyaBupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan
1 hari lalu
KPK mengatakan, kuasa hukum Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor seharusnya berperan mendukung kelancaran proses hukum.
Baca SelengkapnyaNurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan
1 hari lalu
Nurul Ghufron menyebut peran pimpinan KPK lainnya dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik yang menjerat dirinya.
Baca SelengkapnyaUsai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan
2 hari lalu
Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur
2 hari lalu
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.
Baca SelengkapnyaTak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan
2 hari lalu
Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.
Baca Selengkapnya