TEMPO Interaktif, Surabaya - Anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, membenarkan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, M. Nazaruddin, ke Singapura dalam rangka bersembunyi.
"Berobat iya, tapi sesungguhnya berobat itu sekunder, di Jakarta saja bisa. Alasan utama dia itu ngumpet," kata Mubarok di sela-sela Seminar Nasional "Menakar Kualitas Demokrasi Indonesia-Asia Tenggara" di Aula Gedung C Fisip, Universitas Airlangga, Surabaya, Jumat 3 Juni 2011.
Menurut Mubarok, Nazaruddin sengaja bersembunyi karena tak betah menanggung beban psikologis pemberitaan media massa yang gencar memberitakan dugaan suap wisma atlit yang diduga melibatkan dirinya.
"Ngumpet di Jakarta bisa, tapi kalau di Jakarta, kan, gampang ketahuan," tambah Mubarok. Oleh karena itu, Singapura sengaja dijadikan tujuan untuk bersembunyi sekaligus untuk berobat.
Mubarok yang mengaku sering menjalin komunikasi dengan Nazaruddin ini juga mengatakan, blog berisi pengakuan Nazaruddin yang belakangan muncul bukanlah bikinan Nazaruddin. Begitu juga SMS gelap yang sempat menghebohkan itu.
Sementara itu, menanggapi nama Mr. A yang dilontarkan oleh Ramadhan Pohan sebagai orang yang mengacaukan Demokrat, Mubarok malah menilai keberadaan Mr. A merupakan berkah bagi Demokrat. "Saya malah berterima kasih, dengan adanya Mr. A, Demokrat menjadi solid," imbuh dia.
Mr. A sendiri, tambah dia, bukanlah tokoh fiktif yang sengaja dihembuskan untuk pengalihan isu. Menurut Mubarok, nama Mr. A muncul dari penelusuran DPP Demokrat yang menunjukkan jika kemelut di Demokrat merupakan hasil “settingan” dari tokoh tersebut. "Kita tidak asal menyebut. Mr. A itu ada, dia politikus dari luar Demokrat," kata dia.
Demokrat sendiri, kata Mubarok, sengaja tidak mau menyebut nama dari Mr. A itu dengan alasan Mr. A dalam hal ini tidak bersalah. Bahkan, Demokrat menilai apa yang dilakukan oleh Mr. A adalah bentuk kewajaran dalam dunia politik.
"Biasa, ini persaingan 2014, politikus kadang tidak fair, tapi yang salah itu Demokrat karena mau diobok-obok. Yang pasti Mr. A itu bukan dari Demokrat juga bukan dari Golkar," tambah dia.
FATKHURROHMAN TAUFIQ