TEMPO Interaktif, Jakarta - Sudah sebelas hari otoritas Singapura tak memperoleh kabar dari awak kapal MT Gemini, yang dibajak di perairan Somalia sejak sebulan lalu. Sebabnya, para lanun sepenuhnya mengontrol alat komunikasi kapal berbendera Singapura itu. "Terakhir ada komunikasi dengan kapten kapal tanggal 19 lalu," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene via telepon, Senin 30 mei 2011.
Menurutnya, dalam kontak yang dilakukan perusahaan pemilik kapal tersebut, awak kapal dikabarkan masih dalam keadaan baik dan persediaan air minum mencukupi. Namun setelahnya, tak ada lagi kontak dari Gemini. Karena itulah, kata Tene, penanganan Gemini agak terhambat. Pemerintah Indonesia pun tak bisa menghubungi para anak buah kapal.
Ia tak mau menjawab apakah telah ada permintaan tebusan dari perompak Somalia. Menurutnya, itu termasuk dalam rincian penanganan yang belum bisa dipublikasikan. "Tetapi upaya pembebasan masih terus berlangsung," ucapnya.
Tene menegaskan penanganan perkara itu merupakan kewenangan otoritas Singapura, tempat pemilik perusahaan Gemini berada. Dia mengatakan pembebasan awak akan perlu waktu. Proses penanganan MV Sinar Kudus saja, katanya, butuh lebih dari 45 hari, dan itu termasuk yang paling cepat ketimbang kapal-kapal lain yang dibajak lanun Somalia.
Sehari sebelum membebaskan Sinar Kudus dan 20 awaknya, perompak Somalia telah membajak kapal Gemini. Di antara 25 awak kapal tanker itu, 13 orang adalah warga negara Indonesia.
Menurut manajemen perusahaan kapal Glory Singapura, Gemini dibajak pada 30 April, pukul 12.33 waktu Singapura, saat meninggalkan perairan Kenya dan tengah menuju Somalia. Kapal itu membawa 28 ribu ton minyak sawit mentah dari Indonesia menuju Kenya.
Selain 13 warga Indonesia, perompak Somalia menyandera 12 kru kapal lainnya. Mereka adalah lima warga Cina, empat warga Korea Selatan, dan tiga warga Burma.
BUNGA MANGGIASIH