TEMPO Interaktif, Jakarta - Eks Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII) Imam Supriyanto tak menampik jika sejumlah pelaku tindak kekerasan dan terorisme diduga terkait atau pernah menjadi anggota NII. Ia membenarkan sejumlah alumni gerakan NII dicap sebagai teroris.
"Dulu latar belakang Imam Samudera itu dari NII, terus berubah ideologi. Dulu, tahun 70-an, Abu Bakar Ba'asyir bersama Abdullah Sungkar pernah aktif di NII," kata Imam usai bertemu Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di kantornya, Senin 2 Mei 2011. "Tapi, Abdullah Sungkar jalurnya militer, mengirimkan orang ke Afganistan."
Namun, ia membantah jika NII mengajarkan nilai-nilai kekerasan, kebencian, dan terorisme kepada para pengikutnya. "NII tidak mengajarkan terorisme dan kekerasan," kata Imam. Sedangkan soal maraknya pemberitaan NII di media massa seperti adanya perekrutan anggota dari kalangan kampus, mahasiswa, dan birokrat di institusi pemerintahan daerah, Imam membenarkannya. Para anggota yang direkrut ini juga wajib membayar infak.
Bahkan, NII sekarang mulai merambah memasuki panggung politik. Caranya, dengan menyusupkan anggota-anggotanya ke dalam partai politik, besar ataupun kecil. Bahkan dua partai besar, Demokrat dan Golkar, kata Imam, telah disusupi anggota NII.
Imam, yang didapuk menjadi menteri NII tahun 1997-2007, memutuskan keluar dari NII pada 2007 setelah mendapatkan nasihat dari kedua orang tuanya. Ia mengaku menyesal karena selama menjadi anggota NII selalu mengabaikan petuah orang tuanya, dan lebih mengutamakan nasihat Panji Gumilang, pemimpin Pondok Pesantren Al-Zaytun yang ia sebut sebagai pemimpin NII Komandemen Wilayah 9.
"Betapa durhakanya saya kepada ibu dan bapak, sehingga saya terpanggil untuk mempertanggung jawabkan semua ini. Separo umur saya habis untuk NII," ucapnya.
Imam berharap apa yang ia sampaikan ke pimpinan DPR bisa mendapat perhatian dan penyelesaian serius dari pemerintah. Menurut dia, kader-kader bangsa bisa terancam oleh keberadaan NII yang menyaru di tengah masyarakat. "Orang Islam juga tercoreng oleh ulah sekelompok orang yang punya kepentingan," katanya lagi.
MAHARDIKA SATRIA HADI