Bibit menambahkan, agar seluruh komponen masyarakat lebih mengedepankan upaya silaturahmi dan saling berkomunikasi. “Tidak harus menurunkan massa sedemikian banyak. Itu untuk apa? Ini konyol namanya,” ujarnya menegaskan.
Tanpa menyebutkan kelompok tertentu, Pangdam Jaya yang saat itu didampingi Kepala Penerangan Kodam Jakarta Raya (Kapendam Jaya), Letkol DJ Nachrowi, mengatakan bahwa dengan adanya provokasi pada beberapa aksi unjuk rasa, yang memetik keuntungan pada akhirnya adalah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. “Yang untung itu tukang provok. Yang dapat uang dia, rakyat tidak dapat apa-apa. Ada yang mati, luka,” ujarnya. Bibit menilai, mestinya ada solusi lain untuk menyelesaikan perbedaaan pendapat.
Dalam kesempatan itu, Bibit juga mengatakan bahwa jika suasana dan kondisi politik semakin memanas, bagaimanapun, Kodam tidak bisa mengambil langkah inisiatif guna melakukan pengamanan. Sebab, yang berada di garis terdepan masalah keamanan tetap pihak Polri. “TNI itu kan perintah rakyat dalam melaksanakan peran pertahanan, kalaupun kondisinya bahaya, masih polisi. Kalau kacau banget, baru kami. Pakai “banget” ya,” kata dia menegaskan.
Pangdam Jaya mengaku belum mendapatkan informasi mengenai adanya beberapa kelompok LSM yang disinyalir pihak Polda Metro Jaya beberapa hari lalu akan membuat kerusuhan dengan memanfaatkan isu kenaikan BBM. (Arinto Wiryoto)