Banjir Bandang, Pembunuh Nomor Satu Tahun Ini

Reporter

Editor

Selasa, 28 Desember 2010 18:27 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, mencatat peristiwa gerakan tanah yang memakan paling banyak korban tahun ini adalah banjir bandang. “Tahun ini pembunuh utamanya banjir bandang,” kata Kepala PVMBG Dr Surono di ruang kerjanya, Selasa (28/12).

Lembaga itu mencatat dari 186 total kejadian bencana akibat gerakan tanah tahun ini. Dari jumlah itu 60 kejadian mengakibatkan korban minimal 2 tewas, atau mengancam sedikitnya 15 rumah warga. Dari puluhan bencana yang membunuh itu, banjir bandang yang hanya terjadi 8 kali jumlah korbannya terbesar yakni 290 orang tewas.

Banjir bandang yang dipicu tanah longsor paling banyak memakan korban terjadi di Wasior, Papua Barat, pada 4 Oktober lalu. Bencana ini mengakibatkan 153 orang tewas dan 123 orang hilang. Kejadian banjir bandang lainnya, di antaranya di Pulau Buru, Maluku pada 24 Juli lalu mengakibatkan 18 orang meninggal dan di Kolaka Desa Batu Ganda, Sulawesi Selatan, pada 20 Januari lalu menyebabkan 9 orang meninggal.

Menurut Surono, banjir bandang sejak dulu terhitung paling banyak memakan korban. Banjir bandang di Wasior itu diantaranya dipicu oleh kondisi geologi tanah di sana yang mayoritas berupa batuan keras, dan lapisan tanahnya tipis. Pepohonan di lahan yang kondisi kemiringannya ekstrim malah memicu tanah longsor karena akar pohon yang tak cukup kuat menghujam tanah akibat tertahan batuan keras.

Longsoran itu yang membendung air dan memicu banjir bandang. Soal perdebatan disebabkan oleh pembalakan atau bukan, Surono mengatakan, tinggal melihat kondisi pepohonan yang hanyut. “Ada akarnya atau tidak,” kata Surono.

Di posisi kedua, gerakan tanah berupa bencana tanah longsor yang terjadi 37 kali, menyebabkan 108 orang tewas. Bencana tanah longsor terbesar terjadi di Perekbunan The Dewata di Ciwidey, Jawa Barat, pada 23 Februari lalu menyebabkan 44 orang tewas.

Di luar banjir bandang dan longsor, lembaga itu mencatat jenis gerakan tanah lainnya yang terjadi di Indonesia yakni jatuhan batu, yang mengakibatkan 8 orang tewas. Selain itu gerakan tanah rayapan yang tidak menyebabkan korban tewas tapi merusak hunian warga.

Lembaga itu mencatat, kejadian gerakan tanah yang jumlahnya mencapai 186 kejadian, separuhnya yakni 106 kejadian terjadi di Jawa Barat. Disusul Jawa Timur dengan 19 kejadian, Jawa Tengah 17 kejadian, Sumatera Barat 9 kejadian, serta Daerah Istimewa Yogyakarta 3 kejadian.

Mayoritas kejadian gerakan tanah yang paling besar memakan korban jiwa terjadi di daerah yang dipatok lembaga itu masuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. Di daerah yang masuk kategori merah itu 43 kejadian bencana yang menyebabkan 398 orang tewas. Sisanya terjadi di lokasi yang masuk Zona Kerentanan Tanah Menengah-Sedang yakni 17 kejadian bencana yang menyebabkan 48 orang tewas.

Menurut Surono, sepanjang tahun ini tercatat kejadian bencana akibat gerakan tanah itu terjadi setiap bulannya sepanjang tahun. Sebelumnya, paparnya, tren yang terjadi tidak demikian. Kejadian bencana gerakan tanah biasanya terkumpul di awal tahun atau di akhir tahun.

Yang terjadi tahun ini, bencana gerakan tanah itu terjadi setiap bulan minimal 3 kejadian dan paling besar 34 kejadian. Surono mengatakan, peristiwa bencana gerakan tanah yang terjadi setiap bulan sepanjang tahun ini, dipicu oleh perubahan iklim global.

Selain gerakan tanah, bencana gempa bumi juga tercatat memakan korban besar. Surono mengutip data yang dikumpulkan dari BNPB, jumlah korban jiwa tercatat paling banyak akibat bencana gempa bumi yang memicu tsunami terjadi di Mentawai, Sumatera Barat, pada 25 Oktober lalu. Bencana gempa bumi berkekuatan 7, 7 Magnitudo ini mengakibatkan 428 orang meninggal dan 74 lainnya hilang. Gempa bumi di Serui Papua, dengan kekuatan 7 Magnitudo pada 16 Juni lalu juga menyebabkan 17 orang tewas.

Selain 2 persitiwa gempat bumi itu, sejumlah peristiwa serupa terhitung menonjol karena menyebabkan infrastruktur rusak. Yakni bencana gempa bumi di Takengon Nangroe Aceh Darussalam pada 28 Januari, Pulau Obi Maluku Utara pada 14 Maret, Sinabang Nangroe Aceh Daerusalam 7 April, Panyabungan Sumater Utara pada 24 juli lalu, serta terajadi di Yogyakarta 21 Agustus.

AHMAD FIKRI

Berita terkait

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.

Baca Selengkapnya

3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.

Baca Selengkapnya

Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.

Baca Selengkapnya